Kairo (ANTARA News/Reuters) - Sedikitnya satu juta orang berunjuk rasa di seluruh pelosok Mesir pada Selasa, meneriakkan desakan agar Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun mundur dari jabatannya guna memberi jalan bagi era baru demokrasi di negara Arab itu.

Bunderan Tahrir (Pembebasan) disesaki para pengunjuk rasa mulai dari pengacara dan dokter hingga mahasiswa dan pengangguran. Kerumunan orang melimpah ke jalan-jalan di sekitarnya.

Para pengunjuk rasa juga berdemonstrasi di Iskandariah, Suez dan Delta Nil pada hari kedelapan aksi protes dan yang terbesar menentang Mubarak.

Rakyat Mesir turun ke jalan-jalan karena muak dengan pemerintahan Mubarak yang represif, korup dan membuat mereka menderita.

"Dia pergi, kami tak akan berhenti," teriak sekumpulan laki-laki sementara helikopter militer berputar-putar di atas lautan manusia. Banyak di antara mereka mengibarkan bendera dan spanduk.

Mubarak, 82 tahun, tinggal menunggu hari kejatuhannya karena tentara menolak bertindak melawan rakyat dan dukungan dari Amerika Serikat memudar.

Kejatuhannya setelah tiga dekade di tampuk kekuasaan bisa mengubah peta geopolitik Timur Tengah, dengan implikasi dari Israel dan Arab Saudi yang kaya minyak.

Pergolakan juga terjadi di negara-negara Arab lainnya seperti Yordania dan Yaman.

Raja Abdullah dari Yordania mengganti perdana menterinya pada Selasa menyusul aksi protes, tetapi pihak oposisi menilai langkah itu tak cukup.

Oposisi Mesir, yang merangkul kelompok Muslim yang dilarang, Kristen, intelektual dan lainnya, mulai berkoalisi di sekitar tokoh Mohamed ElBaradai, peraih hadiah Nobel Perdamaian, karena karyanya sebagai kepala badan nuklir PBB.

ElBaradai mengatakan pada Selasa Mubarak harus meninggalkan Mesir sebelum kubu oposisi refromis akan memulai pembicaraan dengan pemerintah mengenai masa depan negara berpenduduk terbanyak di dunia Arab itu.

"Dialog bisa dilakukan tapi dengan syarat tuntutan rakyat dipenuhi dan hal pertama adalah Presiden Mubarak angkat kaki," katanya kepada televisi Al Arabiya.

Para pengamat mengatakan proses transisi sedang berlangsung tetapi pimpinan tinggi militer ingin Mubarak lengser dengan damai.

"Ini mungkin rakyat menerima pemimpin militer sementara untuk kurun waktu singkat -- walaupun bukan Suleiman. Tapi bukan selama enam bulan," kata Maha Azzam, pakar Timur Tengah dari pusat kajian Chatham House di London.

Satu pemilihan yang dijadwalkan September mungkin dimajukan.

Utusan khusus Amerika Serikat Frank Wisner, mantan duta besar AS, telah dikirim ke Mesir untuk bertemu para pemimpin. Dubes Washington untuk mesirf berbicara dengan Elbaradai pada Selasa.

AS dan sekutu Barat lainnya tersentak oleh pergolakan menentang Mubarak yang telah menjadi sosok kunci dalam langkah perdamaian Timur Tengah selama bertahun-tahun.

Washington menyerukan reformasi dan pemilihan bebas tetapi juga khawatir kelompok Islam dapat memperoleh sekerat kekuasaan jika Mubarak dipaksa mundur. (M016/K004)