Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengembangkan metode kecerdasan buatan geospasial (Geospasial Artificial Intelligence/Geo-AI) untuk melakukan analisis kesehatan danau dan daerah aliran sungai (DAS).

"Dengan memanfaatkan metode Geo-AI, kami mencoba melakukan dengan machine dengan menggunakan temporal data yang cukup banyak, kemudian kami analisis bagaimana perubahan penutupan lahannya dan bagaimana tingkat kesehatan dari danau maupun DAS," kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN M Rokhis Khomarudin dalam Webinar Talk to Scientists: Riset dan Inovasi untuk Indonesia Tangguh Bencana di Jakarta, Kamis.

Rokhis menuturkan jika dengan metode konvensional, maka dari citra satelit dilihat parameter fisik perairan yang kemudian diinterpretasi oleh ahli. Kelemahan metode tersebut adalah proses membutuhkan waktu lebih lama, hasil interpretasi bergantung ahli, ketidakpastian hasil, dan harus membuat hasil training sampel.

Sementara dengan metode Geo-AI, diperoleh keunggulan berupa proses cepat, mampu ekstraksi dari suatu pola, dapat menciptakan suatu pola pengetahuan melalui kemampuang belajar (self organizing), dan interpretasi dapat dilakukan oleh mesin sehingga tidak bergantung pada kehadiran ahli.

Menurut Rokhis, kesehatan DAS sangat penting untuk bisa memperkirakan bagaimana potensi bencana yang terjadi di masa depan.

"Data satelit penginderaan jauh juga dapat dimanfaatkan mendeteksi potensi bencana dan menghitung secara cepat kerusakan akibat bencana baik kerusakan bangunan maupun kerusakan penutup lahan yang lain," katanya.

Dengan demikian, pemanfaatan perkembangan terkait big data, machine learning, kecerdasan buatan, internet of things, dan crowdsourcing atau urun daya, dapat meningkatkan kapasitas penginderaan jauh terutama untuk penanggulangan bencana.