Indonesia ajak negara Eropa Tengah, Timur bersama pulihkan ekonomi
7 Oktober 2021 16:46 WIB
Tangkapan layar saat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membuka "Indonesia-Central & Eastern Europe (INACEE) Business Forum" yang berlangsung secara tatap muka sekaligus virtual pada Kamis (7/10/2021). ANTARA/Yashinta Difa.
Jakarta (ANTARA) - Indonesia mengajak negara-negara di kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur bekerja sama memulihkan ekonomi yang terdampak pandemi COVID-19 melalui penyelenggaraan Indonesia-Central & Eastern Europe (INACEE) Business Forum.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pelaksanaan forum bisnis tersebut merupakan upaya Indonesia dalam mengeksplorasi cara-cara inovatif untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan menggali lebih dalam potensi yang belum dimanfaatkan di antara kedua pihak.
“Forum ini sangat penting untuk merevitalisasi hubungan perdagangan dan investasi serta meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara CEE,” kata Menlu Retno ketika membuka INACEE Business Forum yang berlangsung secara hybrid lewat pertemuan tatap muka dan secara virtual pada Kamis.
Guna mencapai tujuan tersebut, Indonesia mengajak mitra-mitranya di kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur untuk pertama, memulihkan konektivitas dan pergerakan global barang, jasa, dan manusia.
Indonesia dan negara-negara CEE harus berkolaborasi dalam mengembangkan pengaturan teknis melalui konektivitas yang terjaga dan membangun rantai pasokan yang lebih banyak.
“Menghidupkan kembali perjalanan internasional harus menjadi bidang prioritas kerja sama kita,” tutur Menlu RI.
Upaya itu bisa dimulai dengan menjajaki pembentukan pengaturan koridor perjalanan untuk pelaku bisnis penting yang kemudian dapat disusul dengan pengaturan serupa bagi wisatawan.
Baca juga: Indonesia harapkan dukungan EU untuk wujudkan kemerdekaan Palestina
Dalam hal ini, penting untuk menerapkan pengakuan bersama atas sertifikasi vaksin dan pedoman perjalanan untuk perpindahan orang antara Indonesia dan negara-negara CEE.
Kedua, Indonesia mendorong eksplorasi potensi yang belum dimanfaatkan dalam hubungan perdagangan dengan Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Di masa pandemi, total perdagangan Indonesia dengan 20 negara CEE mencapai 4,31 miliar dolar AS (sekitar Rp61,2 triliun) pada periode Januari-Juli 2021, atau tumbuh 25,57 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Namun, angka tersebut hanya menyumbang sekitar 2 persen dari keseluruhan perdagangan Indonesia dengan dunia selama periode tersebut, dan 0,01 persen dari total perdagangan CEE.
“Sudah saatnya kita menjelajahi area perspektif lain seperti kopi, kakao, hasil laut, kelapa sawit, dan furnitur. Indonesia juga tertarik untuk mengembangkan kerja sama ekonomi hijau, khususnya energi baru dan terbarukan,” kata Retno.
Selain itu, kedua pihak harus memanfaatkan semua sarana yang ada untuk meningkatkan hubungan ekonomi termasuk nota kerja sama antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia dan mempercepat pembentukan perjanjian perdagangan antara Indonesia dan organisasi di kawasan CEE.
Ketiga, Indonesia mendorong pemanfaatan teknologi digital dalam kerja sama ekonomi dengan Eropa Tengah dan Eropa Timur, yang akan membantu mengubah prospek menjadi kesepakatan bisnis yang nyata.
Baca juga: Pulihkan ekonomi, RI minta EU tak diskriminatif terhadap minyak sawit
Dalam hal ini, Indonesia telah mengembangkan situs ina-access.com sebagai platform digital yang komprehensif untuk menampilkan berbagai produk dan menghadirkan peluang investasi yang luas.
“Saya mengundang rekan-rekan dari CEE untuk memanfaatkan platform ini dan mengungkap potensi kerja sama antara Indonesia dan negara Anda,” kata Menlu Retno.
Sedikitnya 347 perusahaan Indonesia dan 45 perusahaan Eropa telah mendaftar untuk mengikuti INACEE Business Forum.
Dengan populasi 406 juta jiwa yang tersebar di 19 negara, kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur memiliki potensi besar yang dinilai penting untuk digarap oleh Indonesia.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Eropa Tengah dan Eropa Timur yaitu karet, minyak kelapa sawit, sepatu, produk perikanan, kopi, furnitur, elektronik dan komponennya, serta tekstil.
Sementara tiga negara mitra terbesar Indonesia di kawasan itu adalah Rusia, Turki, dan Ukraina.
Baca juga: RI-EU sepakat dorong akses vaksin yang adil dan merata melalui COVAX
Baca juga: Menlu RI desak EU perlakukan minyak kelapa sawit secara adil
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pelaksanaan forum bisnis tersebut merupakan upaya Indonesia dalam mengeksplorasi cara-cara inovatif untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan menggali lebih dalam potensi yang belum dimanfaatkan di antara kedua pihak.
“Forum ini sangat penting untuk merevitalisasi hubungan perdagangan dan investasi serta meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara CEE,” kata Menlu Retno ketika membuka INACEE Business Forum yang berlangsung secara hybrid lewat pertemuan tatap muka dan secara virtual pada Kamis.
Guna mencapai tujuan tersebut, Indonesia mengajak mitra-mitranya di kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur untuk pertama, memulihkan konektivitas dan pergerakan global barang, jasa, dan manusia.
Indonesia dan negara-negara CEE harus berkolaborasi dalam mengembangkan pengaturan teknis melalui konektivitas yang terjaga dan membangun rantai pasokan yang lebih banyak.
“Menghidupkan kembali perjalanan internasional harus menjadi bidang prioritas kerja sama kita,” tutur Menlu RI.
Upaya itu bisa dimulai dengan menjajaki pembentukan pengaturan koridor perjalanan untuk pelaku bisnis penting yang kemudian dapat disusul dengan pengaturan serupa bagi wisatawan.
Baca juga: Indonesia harapkan dukungan EU untuk wujudkan kemerdekaan Palestina
Dalam hal ini, penting untuk menerapkan pengakuan bersama atas sertifikasi vaksin dan pedoman perjalanan untuk perpindahan orang antara Indonesia dan negara-negara CEE.
Kedua, Indonesia mendorong eksplorasi potensi yang belum dimanfaatkan dalam hubungan perdagangan dengan Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Di masa pandemi, total perdagangan Indonesia dengan 20 negara CEE mencapai 4,31 miliar dolar AS (sekitar Rp61,2 triliun) pada periode Januari-Juli 2021, atau tumbuh 25,57 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Namun, angka tersebut hanya menyumbang sekitar 2 persen dari keseluruhan perdagangan Indonesia dengan dunia selama periode tersebut, dan 0,01 persen dari total perdagangan CEE.
“Sudah saatnya kita menjelajahi area perspektif lain seperti kopi, kakao, hasil laut, kelapa sawit, dan furnitur. Indonesia juga tertarik untuk mengembangkan kerja sama ekonomi hijau, khususnya energi baru dan terbarukan,” kata Retno.
Selain itu, kedua pihak harus memanfaatkan semua sarana yang ada untuk meningkatkan hubungan ekonomi termasuk nota kerja sama antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia dan mempercepat pembentukan perjanjian perdagangan antara Indonesia dan organisasi di kawasan CEE.
Ketiga, Indonesia mendorong pemanfaatan teknologi digital dalam kerja sama ekonomi dengan Eropa Tengah dan Eropa Timur, yang akan membantu mengubah prospek menjadi kesepakatan bisnis yang nyata.
Baca juga: Pulihkan ekonomi, RI minta EU tak diskriminatif terhadap minyak sawit
Dalam hal ini, Indonesia telah mengembangkan situs ina-access.com sebagai platform digital yang komprehensif untuk menampilkan berbagai produk dan menghadirkan peluang investasi yang luas.
“Saya mengundang rekan-rekan dari CEE untuk memanfaatkan platform ini dan mengungkap potensi kerja sama antara Indonesia dan negara Anda,” kata Menlu Retno.
Sedikitnya 347 perusahaan Indonesia dan 45 perusahaan Eropa telah mendaftar untuk mengikuti INACEE Business Forum.
Dengan populasi 406 juta jiwa yang tersebar di 19 negara, kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur memiliki potensi besar yang dinilai penting untuk digarap oleh Indonesia.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Eropa Tengah dan Eropa Timur yaitu karet, minyak kelapa sawit, sepatu, produk perikanan, kopi, furnitur, elektronik dan komponennya, serta tekstil.
Sementara tiga negara mitra terbesar Indonesia di kawasan itu adalah Rusia, Turki, dan Ukraina.
Baca juga: RI-EU sepakat dorong akses vaksin yang adil dan merata melalui COVAX
Baca juga: Menlu RI desak EU perlakukan minyak kelapa sawit secara adil
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: