Jayapura (ANTARA) - Putra asli Papua kelahiran Karetubun, Salmon Kareth, percaya listrik telah membawa perubahan di Bumi Cenderawasih.

Pria berusia 49 tahun yang menjabat manajer Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Jayapura ini sudah berkiprah di PLN sejak 2001 ketika lolos seleksi penerimaan pegawai PLN.

Di balik sukses PLN mendukung PON Papua yang dibuka 2 Oktober lalu dan ditutup 15 Oktober mendatang, Salmon Kareth adalah tokoh yang memastikan pasokan kelistrikan tanpa kedip selama PON Papua berlangsung di Jayapura.

Salmon Kareth sudah jatuh cinta kepada dunia kelistrikan sejak lama, bukan semata karena bekerja untuk perusahaan BUMN kelistrikan seperti PLN.

Adalah hidup semasa kecilnya yang lebih sering gelap gulita yang mendorong Salmon semakin kuat mengenali listrik lebih dalam lagi.

“Dulu sewaktu saya kecil, hanya kota-kota besar di Papua saja yang sudah ada listrik, tempat saya di kampung tidak ada listrik,” kata Salmon yang menghabiskan masa kecilnya di Kampung Yukase di Sorong, Papua Barat ini.

Dia hanya bisa melihat terang begitu datang ke kota. Di kota, lampu menyala sampai menyilaukan mata. Sebaliknya, di tempatnya, Salmon lebih sering ditemani pelita untuk mengerjakan pekerjaan rumah, menulis, atau membaca.

Laki-laki kelahiran 12 September 1972 ini semakin mencintai rangkaian listrik ketika masuk bangku SMP. Sebenarnya, dia tidak hanya tertarik kepada listrik, karena dia juga sangat menyukai pelajaran-pelajaran IPA lainnya, termasuk biologi.

Semua ilmu eksakta ini membuat dia dihadapkan kepada dua pilihan ketika masuk SMA. Yakni, dia harus memilih antara bersekolah di SMA dan kemudian mengambil jurusan IPA dan menekuni biologi atau masuk Sekolah Teknik Menengah (STM) dengan mengambil jurusan listrik.

Baca juga: BPJAMSOSTEK jamin biaya perawatan atlet gantole yang kecelakaan

Akhirnya pilihan itu jatuh kepada STM Sorong yang menawarkan jurusan listrik yang sejak lama dia dambakan. Saat itu dia mendapat tawaran masuk ke salah satu dari dua STM yang ada di Papua. Setelah ini, cerita indah pun berlanjut.

Pelan tetapi pasti listrik pun menjadi jalan hidup Salmon Kareth. Dia sudah bertekad untuk lebih mengakrabi dunia ini.

Dan manakala memutuskan berkuliah di Pulau Jawa, dia mengambil jurusan teknik elektro pada 1993. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) yang merupakan kampus tempatnya menimba ilmu, menjadi saksi kecintaan Salmon kepada dunia kelistrikan dan ilmu pengetahuan..

Dokter listrik

Tetapi Salmon tak asal memilih kampus ketika memutuskan mesti menimba ilmu apa di tanah rantau ini. Alasannya berkuliah di Jawa adalah karena saat itu sulit sekali menemukan jurusan eksakta di kampus-kampus Papua. Perguruan tinggi-perguruan tinggi di ujung timur Indonesia ini didominasi oleh jurusan-jurusan ilmu sosial.

"Saya berpikir kalau dulu masuk SMA pasti jadi dokter karena saya sangat suka biologi, tetapi ternyata sekarang saya malah menjadi dokter listrik,” kata anak ketiga dari lima bersaudara ini.

Lulus kuliah, Salmon kembali ke Papua. Dia menjadi dosen pada Institut Sains dan Teknologi Jayapura (ISTJ) yang kini mengubah nama menjadi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ).

Baca juga: Gerai vaksin Istora Papua Bangkit bantu masyarakat meriahkan PON Papua

Dorongan mengabdi langsung untuk dunia kelistrikan semakin besar dan membuncah saja dari waktu ke waktu. Dan ini pula yang mendasari Salmon Kareth bergabung langsung dengan PLN dan memberanikan diri mengikuti seleksi penerimaan pegawai perusahaan negara ini.

Lulus seleksi, posisi pertamanya adalah menjadi staf PLN wilayah Papua, cabang Jayapura. Setelah itu, dia lebih sering berpindah tempat ke mana saja yang dia suka, sampai Makassar pun dia datangi, sebelum akhirnya kembali ke Papua.

Pada saat menjabat manajer PLN UP3 Biak pada 2016, Salmon membuat gebrakan dengan mengalirkan listrik ke wilayah-wilayah pedalaman Papua, yang tidak ketinggalan untuk tempat tinggalnya sendiri.

“Saya semacam harus bayar utang budi kepada kampung karena saya sudah bekerja di kelistrikan, jadi kampung sendiri juga tidak boleh dilupakan,” kata Salmon Kareth.

Dia tidak menampik usaha mengalirkan listrik ke segala penjuru Papua adalah bukan hal yang mudah.

Kondisi geografis yang berat membuat petugas-petugas PLN harus memobilisasi lewat laut, sungai, dan darat. Belum lagi jika harus membuka jalan baru untuk masuk ke wilayah-wilayah dengan pintu akses yang teramat sulit.

Kini, hanya sebagian kecil wilayah Papua yang belum teraliri listrik. Itu pun karena lokasinya yang berada dengan akses yang sangat terbatas. Selebihnya, listrik sudah sampai ke mana-mana.

“Namun kami terus berupaya menghadirkan listrik sampai ke sana, sedang dalam proses,” kata Salmon.

Salmon melihat kehadiran listrik bisa membawa perubahan pada banyak hal. Contohnya, orang tadinya tidak percaya PON bisa digelar di Papua, namun demikian PLN UP3 Jayapura yang mendapat kepercayaan dari pusat dan regional mematahkan pesimisme orang-orang dengan keberhasilan PLN dalam turut menghadirkan PON yang megah dan nyaman.

Salmon berharap Papua semakin maju dan lebih sejahtera dari waktu ke waktu. Dukungan masif untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan bisa membuat Papua meningkatkan daya saing dan setara dengan kota besar-kota besar di luar Bumi Cenderawasih.

Baca juga: Jadi sponsor di PON XX Papua, Sariayu ungkap momen tak terlupakan