Surabaya (ANTARA News) - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menegaskan bahwa penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya merupakan harga mati alias harus dilaksanakan.

"NU harus menjadi garda terdepan dalam amar makruf nahi makruf, karena itu penutupan Dolly merupakan harga mati, tapi dengan pendekatan arif dan bijak," kata Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Agoes Ali Masyhuri kepada ANTARA di Surabaya, Senin.

Ia mengemukakan hal itu disela syukuran Hari Lahir (Harlah) ke-88 NU pada 16 Rajab 1432 Hijriah yang dihadiri Mustasyar PBNU KH Makruf Amin dan KH Muchit Muzadi, Waketum PBNU H As`ad Ali, Mustasyar PWNU Habib Zein Alkaff, Rais Syuriah PWNU KH Miftachul Akhyar, dan pengurus cabang NU se-Jatim.

Menurut Gus Ali yang juga Pesantren Bumi Shalawat, Tanggulangin, Sidoarjo itu, PWNU Jatim menegaskan hal itu karena Rasulullah SAW telah bersabda bahwa bila riba dan zina telah merajalela berarti penduduk setempat siap menerima azab Allah SWT.

"Karena itu, NU harus mengawal benar bahwa penutupan lokalisasi Dolly bukan wacana, tapi pelaksanaannya harus dengan pendekatan arif kepada PSK (pekerja seks komersil) supaya mereka kembali ke masyarakat untuk menjadi ibu yang baik," katanya.

Tentang alasan ekonomi yang digunakan para PSK, ia menilai alasan itu tidak logis karena faktor ekonomi tergantung kepada bekal moral agama dan bekal ketrampilan supaya mereka mempunyai kemapanan ekonomi yang paling mendasar.

"Tapi, target untuk penutupan itu memang harus realistis, sebab masalah sosial membutuhkan penataan perangkat secara komprehensif, nggak boleh setengah-setengah, karena itu perlu pendekatan kepada masyarakat, germo, dan PSK," katanya.

PWNU Jatim siap dimintai bantuan untuk ikut menyadarkan masyarakat setempat dan "penghuni" lokalisasi, namun pemerintah harus menyiapkan langkah komprehensif, termasuk kaum intelektual juga harus berpartisipasi.

"Pendekatannya harus arif dan komprehensif, karena bagaimana pun, mereka adalah umat atau masyarakat kita sendiri, tapi kalau ulama, umara, akademisi, dan sebagainya berperan, maka nggak sampai setahun akan terlaksana penutupan itu," katanya.

Menanggapi keinginan PWNU Jatim itu, Mustasyar PBNU KH Makruf Amin menyatakan dukungan bila PWNU Jatim mengusahakan penutupan lokalisasi Dolly bersama pemerintah setempat.

"Kalau Jakarta saja bisa menjadikan lokalisasi sebagai Islamic Center, masak Jatim justru memiliki lokalisasi paling besar se-Asia Tenggara itu," katanya.

Secara terpisah, Ketua PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah menyatakan rencana penutupan lokalisasi Dolly itu sudah disepakati bersama MUI Jatim dan sejumlah ormas Islam di Jatim.

"Insya-Allah, tahun ini sudah mulai ada langkah-langkah ke sana dan bukan wacana lagi. Nanti, kami akan bersama-sama menemui wakil rakyat di DPRD Surabaya untuk mendukung langkah yang sudah diproyeksikan Pemprov Jatim itu," katanya.

Peringatan Harlah ke-88 NU itu ditandai dengan peresmian "Aswaja Center" di Gedung Perpustakaan PWNU Jatim oleh Waketum H As`ad Ali dan pencanangan Lailatul Ijtimak di seluruh Jatim oleh Mustasyar PBNU KH Makruf Amin.

(ANTARA/S026)