Keamanan Membaik, KBRI Kairo Belum Evakuasi WNI
31 Januari 2011 17:43 WIB
Para pengunjuk rasa melarikan diri dari pengisian polisi selama bentrokan di Kairo, (28/1). Polisi dan demonstran terlibat dalam pertempuran berjalan pada jalan-jalan di Kairo pada hari Jumat.(FOTO.ANTARA/REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)
Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo belum mengevakuasi warga negara Indonesia di Mesir karena situasi keamanan di negara Afrika Utara itu membaik, kata Kepala Bagian Penerangan, Sosial, dan Kebudayaan KBRI Kairo, Iwan Widjaya Mulyatna.
"Atase Pertahanan menilai evakuasi belum perlu dilakukan karena keamanan di Mesir membaik," kata Iwan kepada koresponden ANTARA Munawar Saman Makyanie, di Kairo, Senin.
Sumber-sumber ANTARA melaporkan, sejumlah negara mempertimbangkan untuk mengevakuasi warganya dari Mesir dan mengeluarkan peringatan bagi warganya agar tidak melakukan perjalanan ke negara itu untuk sementara waktu sampai situasi keamanan stabil.
Iwan lebih jauh mengatakan, KBRI telah membentuk panitia perlindungan WNI yang dipimpin Atase Pertahanan Kol. (L) R. Teguh Isgunarto dan tiga satuan tugas di tiga tempat yakni KBRI, kantor imigrasi di Nasser City dan Pusat Kebudayaan RI di Dokki.
"Sejauh ini WNI yang berjumlah 5.000 orang, sebagian besar mahasiswa, dalam keadaan baik-baik," tambah Iwan.
Tempat-tempat permukiman WNI pada umumnya jauh dari lokasi-lokasi unjuk rasa, yang sebagian besar berlangsung di pusat-pusat kota dan tempat-tempat strategis di Mesir.
Aksi protes yang berlangsung sepekan itu mendesak Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun untuk mundur.
Laporan-laporan media menyebutkan lebih 100 orang tewas dan ribuan lainnya menderita luka-luka dalam pergolakan yang mencekam itu.
Koresponden ANTARA juga melaporkan tujuh dokter spesialis urologi dari Indonesia yang sedang mengikuti lokakarya di Universitas Mansyurah, sekitar 226 kilomter sebelah utara Kairo, dalam keadaan baik.
"Lokakarya yang kami ikuti tetap berjalan," ujar dr. Yulfitra Poni SpU, seorang warga asal Indonesia.
Mereka dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada Jumat (4/2).
Kepada Koresponden ANTARA mengatakan dia menemui kesulitan untuk mengirim laporan karena semua saluran komunikasi termasuk telepon seluler, telepon rumah dan internet belum normal akibat diblokir oleh penguasa.
Dia juga tidak dapat dihubungi dari Jakarta ketika dikontak beberapa kali.
(M043/M016/A025/S026)
"Atase Pertahanan menilai evakuasi belum perlu dilakukan karena keamanan di Mesir membaik," kata Iwan kepada koresponden ANTARA Munawar Saman Makyanie, di Kairo, Senin.
Sumber-sumber ANTARA melaporkan, sejumlah negara mempertimbangkan untuk mengevakuasi warganya dari Mesir dan mengeluarkan peringatan bagi warganya agar tidak melakukan perjalanan ke negara itu untuk sementara waktu sampai situasi keamanan stabil.
Iwan lebih jauh mengatakan, KBRI telah membentuk panitia perlindungan WNI yang dipimpin Atase Pertahanan Kol. (L) R. Teguh Isgunarto dan tiga satuan tugas di tiga tempat yakni KBRI, kantor imigrasi di Nasser City dan Pusat Kebudayaan RI di Dokki.
"Sejauh ini WNI yang berjumlah 5.000 orang, sebagian besar mahasiswa, dalam keadaan baik-baik," tambah Iwan.
Tempat-tempat permukiman WNI pada umumnya jauh dari lokasi-lokasi unjuk rasa, yang sebagian besar berlangsung di pusat-pusat kota dan tempat-tempat strategis di Mesir.
Aksi protes yang berlangsung sepekan itu mendesak Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun untuk mundur.
Laporan-laporan media menyebutkan lebih 100 orang tewas dan ribuan lainnya menderita luka-luka dalam pergolakan yang mencekam itu.
Koresponden ANTARA juga melaporkan tujuh dokter spesialis urologi dari Indonesia yang sedang mengikuti lokakarya di Universitas Mansyurah, sekitar 226 kilomter sebelah utara Kairo, dalam keadaan baik.
"Lokakarya yang kami ikuti tetap berjalan," ujar dr. Yulfitra Poni SpU, seorang warga asal Indonesia.
Mereka dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada Jumat (4/2).
Kepada Koresponden ANTARA mengatakan dia menemui kesulitan untuk mengirim laporan karena semua saluran komunikasi termasuk telepon seluler, telepon rumah dan internet belum normal akibat diblokir oleh penguasa.
Dia juga tidak dapat dihubungi dari Jakarta ketika dikontak beberapa kali.
(M043/M016/A025/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
Tags: