IPI ungkap 3 perubahan yang harus direspons cepat industri pariwisata
7 Oktober 2021 10:57 WIB
Ilustrasi: Sejumlah pengunjung berada di halaman Manohara Resto di kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jateng. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc. (ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN)
Jakarta (ANTARA) - Pelaku Industri Pariwisata di Tanah Air diminta untuk mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan-perubahan atau tren di sektor wisata yang terjadi selama pandemi COVID-19.
Pembina Insan Pariwisata Indonesia (IPI) Guntur Subagja Mahardika di Jakarta, Kamis, menyatakan ada tiga perubahan mendasar yang harus direspons secara adaptif oleh insan pariwisata dan para pelaku industri pariwisata.
"Insan pariwisata mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi selama pandemi COVID-19," ujarnya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, perubahan tersebut yakni perubahan Mega Trend yang berkembang sejak tahun 2000 yang mendorong transformasi ekonomi dan revolusi industri dan kini memasuki revolusi Industri 5.0.
Kemudian technology trend, di mana perkembangan teknologi informasi dan digital menuntut industri pariwisata mampu mengadopsi teknologi informasi dalam semua aktivitasnya.
Selain itu consumer trend, di mana perubahan perilaku konsumen, termasuk di sektor pariwisata, terjadi sangat cepat selama pandemi COVID-19 di dunia.
Baca juga: DPR: Industri pariwisata perlu waspadai prokes dalam "revenge travel"
"Konsumen saat ini lebih senang bertransaksi dari rumah, menggunakan e-commerce, cashless, dan semuanya digital. Karena itu, industri pariwisata harus mampu merespons secara cepat dengan melakukan perubahan dan inovasi," ujar Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI itu.
Saat mengikuti secara daring Musyawarah Daerah (Musda) II Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IPI Provinsi Kepulauan Riau, Guntur juga mengingatkan potensi besar ekonomi kreatif yang saat ini terkoneksi langsung dengan sektor pariwisata.
Sebelumnya Musda II DPD IPI Provinsi Kepri tersebut dibuka oleh Gubernur Kepri Ansar Ahmad. Ia mengungkap hasil riset Opus Creative Economic Outlook 2019, Indonesia berpotensi besar menjadi tiga besar negara ekonomi kreatif setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Industri pariwisata, lanjutnya, harus mampu memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi seiring dengan makin menurunnya kasus COVID-19.
"Pariwisata harus menjadi motor pemulihan ekonomi karena memiliki multiplier effect luas. Dengan bergeraknya sektor pariwisata, industri lainnya bergerak seperti transportasi, UMKM, kuliner, dan produk serta jasa lainnya," katanya.
Sementara itu Ketua Umum IPI I Gede Susila Wisnawa menyatakan anggota IPI banyak terdampak pandemi dan siap bangkit untuk menggerakkan kembali industri pariwisata.
Baca juga: Kemenparekraf nilai butuh inovasi untuk pulihkan industri pariwisata
Pembina Insan Pariwisata Indonesia (IPI) Guntur Subagja Mahardika di Jakarta, Kamis, menyatakan ada tiga perubahan mendasar yang harus direspons secara adaptif oleh insan pariwisata dan para pelaku industri pariwisata.
"Insan pariwisata mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi selama pandemi COVID-19," ujarnya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, perubahan tersebut yakni perubahan Mega Trend yang berkembang sejak tahun 2000 yang mendorong transformasi ekonomi dan revolusi industri dan kini memasuki revolusi Industri 5.0.
Kemudian technology trend, di mana perkembangan teknologi informasi dan digital menuntut industri pariwisata mampu mengadopsi teknologi informasi dalam semua aktivitasnya.
Selain itu consumer trend, di mana perubahan perilaku konsumen, termasuk di sektor pariwisata, terjadi sangat cepat selama pandemi COVID-19 di dunia.
Baca juga: DPR: Industri pariwisata perlu waspadai prokes dalam "revenge travel"
"Konsumen saat ini lebih senang bertransaksi dari rumah, menggunakan e-commerce, cashless, dan semuanya digital. Karena itu, industri pariwisata harus mampu merespons secara cepat dengan melakukan perubahan dan inovasi," ujar Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI itu.
Saat mengikuti secara daring Musyawarah Daerah (Musda) II Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IPI Provinsi Kepulauan Riau, Guntur juga mengingatkan potensi besar ekonomi kreatif yang saat ini terkoneksi langsung dengan sektor pariwisata.
Sebelumnya Musda II DPD IPI Provinsi Kepri tersebut dibuka oleh Gubernur Kepri Ansar Ahmad. Ia mengungkap hasil riset Opus Creative Economic Outlook 2019, Indonesia berpotensi besar menjadi tiga besar negara ekonomi kreatif setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Industri pariwisata, lanjutnya, harus mampu memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi seiring dengan makin menurunnya kasus COVID-19.
"Pariwisata harus menjadi motor pemulihan ekonomi karena memiliki multiplier effect luas. Dengan bergeraknya sektor pariwisata, industri lainnya bergerak seperti transportasi, UMKM, kuliner, dan produk serta jasa lainnya," katanya.
Sementara itu Ketua Umum IPI I Gede Susila Wisnawa menyatakan anggota IPI banyak terdampak pandemi dan siap bangkit untuk menggerakkan kembali industri pariwisata.
Baca juga: Kemenparekraf nilai butuh inovasi untuk pulihkan industri pariwisata
Pewarta: Subagyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: