IDI Aceh ingatkan lonjakan COVID-19 gelombang ketiga di akhir tahun
6 Oktober 2021 18:28 WIB
Petugas memeriksa surat sertifikat vaksin COVID-19 calon penumpang kapal saat pembelian tiket di pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh, Senin(4/10/2021). ANTARA/Ampelsa/nz
Banda Aceh (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh meminta pemerintah dan masyarakat provinsi setempat untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 gelombang ketiga yang secara epidemiologi diprediksikan akan terjadi di Indonesia pada akhir 2021.
Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman di Banda Aceh, Rabu mengatakan langkah antisipasi yang harus dilakukan mulai sekarang ialah warga lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan sekaligus meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19.
“Tentunya kita mengharapkan prediksi oleh epidemiolog yang mengatakan kemungkinan Indonesia akan mengalami gelombang ketiga pada Desember 2021, mudah-mudahan bisa dikendalikan dari sekarang,” kata Safrizal.
Ia menjelaskan saat ini tren penambahan kasus baru corona secara nasional sudah mulai turun. Bahkan, organisasi kesehatan dunia (WHO) menilai Indonesia salah satu negara terbaik dalam mengendalikan COVID-19 pada 2021.
Penurunan tren kasus positif baru juga terjadi di Aceh. Kemudian kondisi Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Aceh juga sudah mulai merenggang sehingga turun level. Hanya saja satu daerah yakni Kabupaten Pidie yang masih PPKM level empat.
“Meski begitu bukan berarti kita Aceh sudah terbebas. Penambahan kasus harian masih ada sekitar 50 an, tapi dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya, maka ini adalah kabar gembira bagi kita,” kata Safrizal.
Maka, menurut Safrizal, yang perlu diperhatikan adalah COVID-19 belum berakhir. Dan secara nasional diprediksikan akan terjadi lagi lonjakan kasus pada Desember 2021, yang dipicu dengan libur panjang dan penyebab lainnya.
Oleh karenanya, IDI meminta masyarakat untuk meningkatkan cakupan vaksinasi dan lebih disiplin protokol kesehatan sebagai upaya mengantisipasi lebih cepat lonjakan kasus COVID-19 seperti yang diprediksikan secara epidemiologi.
“Kalau ini terjadi maka saya khawatir Aceh seperti kebiasaannya, di awal-awal Januari 2022 akan terjadi lonjakan lagi,” kata Safrizal.
Maka pada saat seperti ini, harusnya vaksinasi lebih dikuatkan lagi dalam upaya mencapai kekebalan tubuh masyarakat, sehingga nanti pada saatnya lonjakan kasus terjadi kita lebih siap menghadapinya,” katanya lagi.
Seyogianya, kata dia, Aceh menargetkan cakupan vaksinasi sudah mencapai 30 persen pada Oktober 2021, dari total 4 juta jiwa penduduk yang menjadi target vaksinasi di Tanah Rencong itu. Saat ini, Banda Aceh menjadi daerah dengan cakupan vaksinasi tertinggi.
“Yang lain masih banyak penolakan-penolakan terhadap vaksinasi. Target Aceh sebenarnya pada Oktober ini 30 persen penduduk Aceh sudah divaksin, paling tidak dosis pertama. Inilah yang menjadi kerja berat, karena beberapa daerah masih menunjukkan angka vaksinasi 17 persen, dan seterusnya,” demikian Safrizal.
Baca juga: Gubernur: Penanganan COVID-19 di Aceh tiga gelombang
Baca juga: Satgas: 1 juta rakyat Aceh sudah divaksin COVID
Baca juga: Anies: DKI proaktif deteksi dini antisipasi gelombang tiga COVID-19
Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman di Banda Aceh, Rabu mengatakan langkah antisipasi yang harus dilakukan mulai sekarang ialah warga lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan sekaligus meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19.
“Tentunya kita mengharapkan prediksi oleh epidemiolog yang mengatakan kemungkinan Indonesia akan mengalami gelombang ketiga pada Desember 2021, mudah-mudahan bisa dikendalikan dari sekarang,” kata Safrizal.
Ia menjelaskan saat ini tren penambahan kasus baru corona secara nasional sudah mulai turun. Bahkan, organisasi kesehatan dunia (WHO) menilai Indonesia salah satu negara terbaik dalam mengendalikan COVID-19 pada 2021.
Penurunan tren kasus positif baru juga terjadi di Aceh. Kemudian kondisi Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Aceh juga sudah mulai merenggang sehingga turun level. Hanya saja satu daerah yakni Kabupaten Pidie yang masih PPKM level empat.
“Meski begitu bukan berarti kita Aceh sudah terbebas. Penambahan kasus harian masih ada sekitar 50 an, tapi dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya, maka ini adalah kabar gembira bagi kita,” kata Safrizal.
Maka, menurut Safrizal, yang perlu diperhatikan adalah COVID-19 belum berakhir. Dan secara nasional diprediksikan akan terjadi lagi lonjakan kasus pada Desember 2021, yang dipicu dengan libur panjang dan penyebab lainnya.
Oleh karenanya, IDI meminta masyarakat untuk meningkatkan cakupan vaksinasi dan lebih disiplin protokol kesehatan sebagai upaya mengantisipasi lebih cepat lonjakan kasus COVID-19 seperti yang diprediksikan secara epidemiologi.
“Kalau ini terjadi maka saya khawatir Aceh seperti kebiasaannya, di awal-awal Januari 2022 akan terjadi lonjakan lagi,” kata Safrizal.
Maka pada saat seperti ini, harusnya vaksinasi lebih dikuatkan lagi dalam upaya mencapai kekebalan tubuh masyarakat, sehingga nanti pada saatnya lonjakan kasus terjadi kita lebih siap menghadapinya,” katanya lagi.
Seyogianya, kata dia, Aceh menargetkan cakupan vaksinasi sudah mencapai 30 persen pada Oktober 2021, dari total 4 juta jiwa penduduk yang menjadi target vaksinasi di Tanah Rencong itu. Saat ini, Banda Aceh menjadi daerah dengan cakupan vaksinasi tertinggi.
“Yang lain masih banyak penolakan-penolakan terhadap vaksinasi. Target Aceh sebenarnya pada Oktober ini 30 persen penduduk Aceh sudah divaksin, paling tidak dosis pertama. Inilah yang menjadi kerja berat, karena beberapa daerah masih menunjukkan angka vaksinasi 17 persen, dan seterusnya,” demikian Safrizal.
Baca juga: Gubernur: Penanganan COVID-19 di Aceh tiga gelombang
Baca juga: Satgas: 1 juta rakyat Aceh sudah divaksin COVID
Baca juga: Anies: DKI proaktif deteksi dini antisipasi gelombang tiga COVID-19
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: