Kairo (ANTARA News) - Mesir semakin mencekam. Pada pidato televisi, Sabtu pagi, Presiden Mesir Hosni Mubarak meminta pemerintahnya mundur. Orang kuat Mesir itu berjanji membentuk pemerintah baru yang lebih demokratis dan reformasi dari sekarang.
Ini adalah penampilan Presiden Mubarak terbaru setelah empat hari demonstrasi besar menuntut dia mundur, melanda negerinya. Demonstrasi itu diprakarsai para pemuda dan diilhami revolusi Tunisia yang menggulingkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali dan memaksa kepala negara di Afrika Utara itu lari ke luar negeri beserta keluarganya.
Mubarak mengingatkan, Mesir adalah negara konstitusi dan hukum. Dia menyeru rakyatnya untuk melindungi properti umum, bukan malah membakarnya.
Imbauan sang presiden disampaikan setelah seluruh tempat di Mesir diamuk unjukrasa antipemerintah sepanjang Jumat hingga Sabtu dini hari tadi. Sejumlah orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka selama demonstrasi itu.
Dalam pidatonya itu, Mubarak menjelaskan kepada rakyatnya bahwa pemerintahnya kini menargetkan pembangunan sebagai program utamanya, selain perbaikan kesehatan dan pendidikan.
Perkembangan terakhir ini menunjukkan bahwa Mubarak yang telah berkuasa 30 tahun akan gigih mempertahankan kekuasaannya dengan meneruskan program-program reformasi politik dan ekonomi.
Presiden negara piramida itu tampaknya tak akan menggubris seruan-seruan mundur kepadanya, dari dalam maupun luar negeri.
Bahkan Jumat malam, seperti dilaporkan TV Al-Jazeera, dia memberlakukan jam malam di seluruh Mesir.
Menurut catatan ANTARA, puluhan tank memasuki Lapangan Tahrir yang justru disambut oleh para pemrotes. Mereka melambai-lambaikan tangan kepada tentara yang berdiri di atas tank-tank mereka.
Lengang
Ribuan lainnya berkumpul di Cornish El-Nile dan Maadi, di selatan ibukota. Mereka berbondong-bondong menuju Lapangan Tahrir, mengabaikan jam malam yang diterapkan pemerintah.
Jalan-jalan utama di ibukota Mesir, Kairo, pada pukul 10.30 waktu setempat atau 15.30 WIB, menjelang shalat Jumat tampak lengang, sementara polisi membentuk barikade-barikade.
Pengetatan keamanan itu ditempuh untuk mengantisipasi demonstrasi besar Revolusi Jumat di Kairo dan sejumlah kota besar lainnya, apalagi tokoh oposisi Mohammed ElBaradei yang baru pulang dari pengasingan di luar negeri menyatakan akan bergabung dalam unjuk rasa besar setelah shalat Jumat itu.
Menjelang salat Jumat, saya mengelilingi kota Kairo untuk menyusuri sejumlah jalan utama dan Bundaran Tahrir. Jalan-jalan memang sangat lengang menjelang salat Jumat itu, tidak seperti biasanya yang selalu dipenuhi jemaah.
Mesjid-mesjid menjadi pusat demonstrasi, seperti Mesjid Al Azar yang berdampingan dengan Mesjid Agung Al Hussein, Mesjid Al Fattah di Ramses, Mesjid Omar di Bundaran Tahrir, Mesjid An Nur di Abassyiah, Mesjid Mustafa di Mohadizin, dan Mesjid Rafah Adaliyah di Madinat Nasser.
Tapi hari ini, di sekeliling mesjid-mesjid itu hanya tampak mobil-mobil pasukan anti huru-hara, mobil meriam air, dan ambulans. Sementara komunikasi di seluruh penjuru negeri seolah terputus, menyusul diblokirnya semua jaringan internet oleh pemerintah.
Sebelumnya, aparat keamanan Mesir menangkap sejumlah anggota kelompok oposisi utama Ikhwanul Muslimin, termasuk sedikitnya delapan pemimpin senior kelompok itu, menjelang protes di seluruh negara itu Jumat siang.
Berita-berita menyebutkan, 20 anggota kelompok Ichwanul Muslimin telah ditahan. Seorang pejabat keamanan mengatakan sekitar 1.000 orang ditahan sejak protes itu dimulai.
Kamis lalu, para pemrotes menembakkan dua roket granat ka kantor polisi di kota Sheikh Zuweid, Sinai Utara. Tembakan roket itu menghantam pusat kesehatan terdekat, beberapa jam setelah polisi menembak mati seorang pengunjukrasa, kata perwira keamanan di Sinai.
Sementara itu Presiden AS Barack Obama, Jumat, mengimbau pihak keamanan Mesir untuk tidak menggunakan kekerasan terhadap pemrotes, Dia sampaikan itu dalam percakapan telepon selama 30 menit dengan Presiden Hosni Mubarak.
Obama juga memperkuat tekanannya terhadap pemerintah Mubarak dengan mengatakan AS akan meninjau kembali bantuan miliaran dolar AS kepada Mesir jika pasukan keamanan Mesir kukuh mengedepankan kekerasan.
Obama mengimbau Mubarak mengambil langkah-langkah konkret bagi reformasi politik. Dia mengatakan harus mengubah "momen rawan" menjadi "momen menjanjikan" sehari setelah demonstrsi melanda kota-kota Mesir dengan menewaskan 27 demonstran itu.
"Saya mengimbau dengan tegas agar pihak berwenang Mesir menahan diri untuk tidak melakukan tindakan kekerasan terhadap para pemerotes yang dilakukan dengan damai," kata Obama.
Dia mengatakan, rakyat Mesir memiliki hak-hak universal, termasuk hak berkumpul dan menyampaikan pendapat.
Mubarak sendiri adalah sekutu kuat AS di Timur Tengah.
Baik-baik saja
Dari Davos, Swiss, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengingatkan pemerintah Mesir bahwa kebebasan berekspresi harus sepenuhnya dihormati ketika negara tersebut sedang menghadapi gelombang unjuk rasa.
Kebebasan berekspresi dan hal yang berkaitan harus sepenuhnya dihormati, kata Ban di sela-sela pertemuan Davos, merujuk keputusan Mesir memblokade jaringan internet saat menghadapi serangkaian unjuk rasa.
Secara terbuka Ban juga menyeru sejumlah pemerintah di kawasan yang menghadapi gelombang protes --seperti Tunisia, Mesir dan Yaman -- agar mendengarkan suara rakyatnyaa dan menampik kekhawatiran mereka.
Beberapa negara termasuk AS, Australia dan Filipina mengeluarkan 'nasihat perjalanan' kepada warganya di negara itu.
Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo menjamin bahwa semua warga negara Indonesia di Mesir dalam keadaan baik-baik saja, meskipun demonstrasi terjadi di beberepa tempat di Mesir, dari Jumat sampai Sabtu dini hari.
"Alhamdulillah semua warga negara Indonesia di Mesir terhindar dari huru-hara yang terjadi sejak Jumat sampai Sabtu dinihari," kata Kepala Bagian Penerangan, Sosial dan Kebudayaan KBRI Kairo, Iwan Widjaya Muliyatna, kepada ANTARA.
Menurut Iwan, tempat-tempat bermukim warga negara Indonesia pada umumnya jauh dari lokasi unjukr asa, yang sebagian besar berlangsung di pusat kota dan tempat-tempat strategis.
Kendati demikian, KBRI Kairo telah memberi warga Indonesia di Mesir yang sebagian besar mahasiswa itu penyuluhan-penyuluhan agar selalu waspada terhadap situasi di Mesir.
Jumat kemarin, KBRI mengadakan sejumlah pertemuan dengan para mahasiswa untuk berbagi informasi mengenai keselamatan warga Indonesia, kata Iwan.
Jumlah warga negara Indonesia di Mesir mencapai 5.000 orang, di mana 4.000 diantaranya mahasiswa.
KBRI Kairo juga menyediakan sambungan telepon khusus hotline pada nomor 20227947200 dan 27947209 untuk menjalin kontak komunikasi dengan warga negara Indonesia di sana.
Sebelumnya, Duta Besar RI di Kairo A.M. Sachir sempat berpikir untuk mengevakuasi warga negara Indonesia di Mesir menyusul merebaknya gelombang unjuk rasa di negeri tersebut.
Boleh dikatakan, ketertiban dan keamanan di Kairo saat ini masih rentan. Unjuk rasa bisa setiap waktu meledak, sementara semua saluran komunikasi termasuk telepon seluler, telepon rumah dan internet masih diblokir.
MO43/H-AK
Mesir Makin Mencekam
29 Januari 2011 23:22 WIB
Pengunjuk rasa anti pemerintah berdemo mendekati polisi anti huru hara di Lapangan Tahrir, pusat kota Kairo, Selasa (25/1). (FOTO ANTARA/REUTERS/Amr Abdallah Dalsh/djo/11)
Oleh Munawar Saman Makyanie
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: