BKKBN: Perhatikan pasangan usia subur bila ingin tingkatkan SDM
6 Oktober 2021 13:43 WIB
Tangkapan layar Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Lalu Makripudin dalam webinar “Praktik Baik Upaya Percepatan Penurunan Stunting” yang diikuti di Jakarta, Rabu (6/10/2021). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Lalu Makripudin mengatakan, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah perlu mulai memberikan perhatian pada pasangan usia subur (PUS).
“Yang harus kita perhatikan adalah pasangan usia subur yang akan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas itu,” kata Lalu dalam webinar “Praktik Baik Upaya Percepatan Penurunan Stunting” yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Pasangan usia subur disarankan tunda kehamilan di masa pandemi
Lalu menuturkan. setiap anak yang lahir di Indonesia, perlu dipandang sebagai aset dan harus menjadi sumber daya manusia yang menjadi aktor yang berkontribusi dalam pembangunan, bukan hanya sebagai penikmat pembangunan.
Untuk dapat menjadikan anak-anak bangsa sebagai aktor pembangunan yang berkualitas unggul, dia mengatakan pemerintah perlu memberikan perhatian kepada pasangan usia subur bahkan perlu dimulai sejak sebelum konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) terjadi.
Pemberian perhatian tersebut, dapat berupa pengetahuan mengenai bagaimana melakukan pola asuh pada anak yang baik, memperhatikan kesehatan kehamilan pada ibu hingga mengedukasi pentingnya melahirkan di waktu yang tepat. Sehingga dapat mencegah terjadinya anak berisiko lahir stunting (kerdil), sehingga harus diberikan pengetahuan yang baik kepada pasangan-pasangan usia subur. Sehingga kemudian, bisa melakukan pola asuh yang baik, bisa merawat kehamilannya, bisa hamil di waktu yang tepat, sehingga akan melahirkan SDM yang berkualitas. Tentu ini harus kita mulai dari awal sebelum konsepsi itu terjadi,” ucap Lalu.
Baca juga: PUS ikuti KB aktif di Yogyakarta berkurang dari 70 jadi 66,6 persen
Ia menegaskan, stunting dapat menjadi ancaman dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia bangsa, karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Sehingga anak lahir dengan panjang dan tinggi badan berada di bawah standart yang ditetapkan.
Agar dapat menghindari hal tersebut, pihaknya telah memulai melakukan sejumlah upaya seperti mempersiapkan calon pasangan yang ingin menikah berada dalam kondisi yang sehat dan tidak kekurangan gizi, sejak tiga bulan sebelum pasangan itu melakukan pernikahan.
Pihaknya juga mulai menggalakkan penyuluhan program Keluarga Berencana (KB) pada masyarakat supaya dapat membangun sumber manusia dari hulu.
Baca juga: 82.512 pasangan usia subur di Bengkulu belum ikut KB
Namun, dia menyayangkan bahwa saat ini masyarakat lebih memilih menggelar acara foto sebelum pernikahan (pre-wedding) dengan menghabiskan biaya yang besar dibandingkan memperhatikan program KB yang dapat membantu menjaga kesehatan dengan biaya yang sedikit.
Ia berharap, untuk dapat mengasilkan sumber daya yang berkualitas, semua pihak khususnya pasangan usia subur dapat lebih memperhatikan kondisi kesehatan reproduksinya bahkan sebelum konsepsi terjadi.
“Ibaratkan seperti mobil, jangan perbaiki mobil itu di bengkel. Jadi kalau sakit, kita obati dan sebagainya itu tidak akan menghasilkan sumber daya manusia yang bagus. Tapi mulailah dari ketika diproduksi. Ketika diproduksi, sejak pra-konsepsi dan terjadi konsepsi itu harus kita lakukan, maka dengan demikian kita akan memajukan sumber daya manusia berkualitas,” ujar Lalu.
Baca juga: KKP latih SDM guna tingkatkan konsumsi ikan Lampung
“Yang harus kita perhatikan adalah pasangan usia subur yang akan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas itu,” kata Lalu dalam webinar “Praktik Baik Upaya Percepatan Penurunan Stunting” yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Pasangan usia subur disarankan tunda kehamilan di masa pandemi
Lalu menuturkan. setiap anak yang lahir di Indonesia, perlu dipandang sebagai aset dan harus menjadi sumber daya manusia yang menjadi aktor yang berkontribusi dalam pembangunan, bukan hanya sebagai penikmat pembangunan.
Untuk dapat menjadikan anak-anak bangsa sebagai aktor pembangunan yang berkualitas unggul, dia mengatakan pemerintah perlu memberikan perhatian kepada pasangan usia subur bahkan perlu dimulai sejak sebelum konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) terjadi.
Pemberian perhatian tersebut, dapat berupa pengetahuan mengenai bagaimana melakukan pola asuh pada anak yang baik, memperhatikan kesehatan kehamilan pada ibu hingga mengedukasi pentingnya melahirkan di waktu yang tepat. Sehingga dapat mencegah terjadinya anak berisiko lahir stunting (kerdil), sehingga harus diberikan pengetahuan yang baik kepada pasangan-pasangan usia subur. Sehingga kemudian, bisa melakukan pola asuh yang baik, bisa merawat kehamilannya, bisa hamil di waktu yang tepat, sehingga akan melahirkan SDM yang berkualitas. Tentu ini harus kita mulai dari awal sebelum konsepsi itu terjadi,” ucap Lalu.
Baca juga: PUS ikuti KB aktif di Yogyakarta berkurang dari 70 jadi 66,6 persen
Ia menegaskan, stunting dapat menjadi ancaman dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia bangsa, karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Sehingga anak lahir dengan panjang dan tinggi badan berada di bawah standart yang ditetapkan.
Agar dapat menghindari hal tersebut, pihaknya telah memulai melakukan sejumlah upaya seperti mempersiapkan calon pasangan yang ingin menikah berada dalam kondisi yang sehat dan tidak kekurangan gizi, sejak tiga bulan sebelum pasangan itu melakukan pernikahan.
Pihaknya juga mulai menggalakkan penyuluhan program Keluarga Berencana (KB) pada masyarakat supaya dapat membangun sumber manusia dari hulu.
Baca juga: 82.512 pasangan usia subur di Bengkulu belum ikut KB
Namun, dia menyayangkan bahwa saat ini masyarakat lebih memilih menggelar acara foto sebelum pernikahan (pre-wedding) dengan menghabiskan biaya yang besar dibandingkan memperhatikan program KB yang dapat membantu menjaga kesehatan dengan biaya yang sedikit.
Ia berharap, untuk dapat mengasilkan sumber daya yang berkualitas, semua pihak khususnya pasangan usia subur dapat lebih memperhatikan kondisi kesehatan reproduksinya bahkan sebelum konsepsi terjadi.
“Ibaratkan seperti mobil, jangan perbaiki mobil itu di bengkel. Jadi kalau sakit, kita obati dan sebagainya itu tidak akan menghasilkan sumber daya manusia yang bagus. Tapi mulailah dari ketika diproduksi. Ketika diproduksi, sejak pra-konsepsi dan terjadi konsepsi itu harus kita lakukan, maka dengan demikian kita akan memajukan sumber daya manusia berkualitas,” ujar Lalu.
Baca juga: KKP latih SDM guna tingkatkan konsumsi ikan Lampung
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: