Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dr Hermawan Sulistyo mengatakan bahwa untuk mencegah terjadinya kontroversi masuknya buku-buku bernuana politik praktis di lingkup sekolah, sebaiknya dewan editor harus lebih selektif.

"Tetapi bagi saya, buku sejelek dan sesalah apa pun, masih lebih baik daripada tidak ada buku. Anak-anak didik kita memang amat butuh dan haus akan buku," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan itu, merespons kontroversi peredaran seri "buku SBY" di sejumlah sekolah di Pulau Jawa, yang oleh sejumlah kalangan dianggap kurang layak.

"Memang untuk buku-buku di sekolah, artinya yang menyangkut pendidikan, sebaiknya Dewan Editor-nya dan pengawasan dari pihak Kementerian atau Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) harus lebih selektif serta ketat," ujarnya.

Ini penting, demikian Hermawan Sulistyo, agar tidak masuk ke ruang politik.

Secara terpisah, Anggota Fraksi Partai Golkar di DPR RI, Paskalis Kossay menyatakan, serial "buku SBY" dan isinya harus dihargai sebagai hak cipta intelektual yang bagus.

"Namun tentang halaman depan karikatur SBY sangat disayangkan, karena itu bisa dianggap pelecehan simbol negara. Presiden RI itu simbol negara," tandasnya.

Karena itu, ia mengharapkan, agar penulis dan dewan dditor-nya dengan sadar mau menarik buku-buku tersebut dari peredaran.

"Apalagi model buku jika model buku yang kontroversial seperti itu diajarkan kepada murid sekolah. Tambah ruwet nantinya. Ini perlu perhatian serius," ujar Paskalis Kossay.

(M036/A025/S026)