Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan Rupiah pada Jumat pagi ini kembali negatif setelah dalam tiga hari berada dalam area positif.

Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta pagi ini berada pada kisaran 9.032 atau tertekan 15 poin dibanding sebelumnya Rp9.017 per dolar AS.

Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, Jumat mengatakan, pasar uang Asia bergerak terkoreksi dengan turunnya harga minyak mentah WTI. Hal yang sama juga berlaku terhadap rupiah.

"Turunnya harga minyak WTI ke posisi 85,64 dolar AS per barel memberi sentimen negatif. Sebelumnya harga minyak mentah WTI berada pada posisi 87,33 dolar AS per barel," katanya.

Pelemahan rupiah, kata dia, dibatasi oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menjaga penguatan rupiah karena dianggap dapat memicu impor, serta dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi.

Ia menambahkan, tumbuhnya perekonomian AS yang diperkirakan sebesar 3,5 persen (year on year-yoy) pada kuartal keempat 2010 memicu pelaku pasar keluar dari pasar rupiah dan menempatkan dananya dalam bentuk dolar AS.

Namun, pelemahan rupiah hanya bersifat temporer. Data pertumbuhan ekonomi AS tidak sepenuhnya positif, pertumbuhan ekonomi tersebut belum cukup kuat mengurangi angka pengangguran di AS.

"Bahkan pada minggu ketiga Januari, data pengangguran kembali naik 454 ribu, di atas perkiraan analis 405 ribu," katanya.

Ia menambahkan, lembaga pemeringkat Standard&Poor's yang memangkas satu peringkat Jepang menjadi AA- dari sebelumnya AA salah satu pemicu pelemahan rupiah, karena kekhawatiran investor pelemahan ekonomi Jepang akan berimbas ke dalam negeri.

"Investor takut terkena imbas dari penurunan peringkat kredit Jepang itu," katanya.
(ZMF/B010)