Jayapura (ANTARA) - Sosok Abiyu Rafi di arena senam PON XX Papua ibarat tokoh Kuda Hitam dalam novel The Young Duke karya Benjamin Disraeli (1804-1881). Sang kuda hitam tidak pernah diperhitungkan bahkan tidak pernah diamati, tetapi berhasil melesat hingga menjadi kuda pacuan terhebat.

Abiyu pun sebagai pesenam putra tadinya tidak terlalu diperhitungkan, tetapi ia melesat dengan elegan untuk merengkuh keping-keping medali di cabang olahraga senam artistik putra pada PON XX Papua yang dihelat di Istora Papua Bangkit.

Ia terjun membela tuan rumah Bumi Cendrawasih dan mendulang banyak medali di beberapa nomor termasuk medali emas di nomor lantai untuk senam artistik putra perorangan mengungguli para atlet senior, termasuk atlet pelatnas.

Kemegahan Istora Papua Bangkit dan dukungan dari masyarakat Papua seolah merasuk pada tubuh pria muda berusia 19 tahun itu sehingga ia tampil penuh semangat hingga bisa mendapatkan banyak medali di ajang multieven terbesar nasional ini.

“Lumayan tegang sih, tapi untungnya lumayan lancar. Karena ini PON pertama makanya saya tegang.Gak nyangka banget (dapat emas),” kata Abiyu saat ditanya mengenai perolehan emasnya yang menjadi emas pertama dari senam putra untuk Papua.

Abiyu sebenarnya merupakan atlet asal Riau, tetapi tiga tahun sebelum PON dihelat, ia ditawari untuk membela Provinsi Papua di senam artistik putra.

Di dalam timnya di Papua, ia bersanding dengan atlet senior Audi Ashari asal Sulawesi Selatan dan Septian Hutagalung dari Sumatera Utara.

Abiyu menjadi yang paling muda dari seluruh atlet yang membela Bumi Cendrawasih di bawah bimbingan pelatihnya Jeffrey Reza Sanger.


Berawal dari iseng

Abiyu tertarik pada olahraga senam ternyata berawal dari keisengan.

Pada saat dirinya berusia empat tahun, ia mengikuti kakaknya untuk berlari di sebuah arena olahraga.

Bak cinta pada pandangan pertama, saat melihat arena senam, ia langsung tertarik dan mulai mencoba beratraksi di atas lantai senam.

Ia secara alami akhirnya memilih jalur karir sebagai atlet senam hingga kini bisa tampil perdana di PON Papua dengan berbagai raihan medali.

Cintanya pada senam semakin mendalam setelah Abiyu masuk ke Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan.

Pemuda Riau ini pun aktif mengikuti berbagai kompetisi di jenjang junior, mulai dari Pekan Olahraga Nasional Pelajar (Popnas) hingga kompetisi kelas internasional seperti Kejuaraan Junior Asia.

Dari enam nomor yang dipertandingkan dalam senam artistik putra, Abiyu paling menggemari nomor senam lantai.

Menurutnya ia lebih leluasa untuk bergerak dan menampilkan pertunjukan yang menggambarkan keindahan senam artistik.

Hal itu pun dibenarkan oleh pelatih tim Papua untuk PON Papua Jeffrey Reza Sanger.

“Memang (nomor) lantai favoritnya dia, jadi emas memang kita targetkan dari situ,” kata Jeffrey.

Maka tak perlu heran, emas yang diberikan Abiyu berasal dari nomor lantai dengan nilai 13.875 mengungguli atlet senior Feroiuos One W asal Jawa Timur dan Joseph Junda dari DKI Jakarta.

Pelatih yang pada PON XIX 2016 melatih provinsi Papua Barat itu melihat Abiyu masih bisa berkembang menjadi atlet yang bisa bertanding di level internasional untuk jenjang senior dalam jangka waktu yang panjang.

Papua Solid

Abiyu menyebutkan bahwa keberhasilannya itu tidak terlepas dari persiapan tim senam artistik putra Papua ke ajang PON XX yang dinilainya sangatlah solid dan matang..

Ia merasa rekan sesama timnya dan sang pelatih saling mendukung tidak hanya dari segi materi latihan tapi juga hingga berbagi santapan rohani.

“Tim ini kompak banget, sangat positif karena tidak cuma latihan, tapi juga saling mengingatkan dari segi agama, Jadi (solid) itu kerasa banget,” kata Abiyu.

Kesolidan tim Papua akhirnya terbukti pada nomor beregu yang menjadi pertandingan pembuka pada final senam artistik putra.

Abiyu bersama Audi dan Septian meraih posisi ketiga atau memberikan medali perunggu bagi Papua yang tentu saja disambut sukacita oleh masyarakat Papua yang menyaksikan pertandingan di dalam Istora Papua Bangkit.

Dukungan antaranggota tim Papua juga mengantarkan Abiyu akhirnya mendapatkan dua medali perunggu lainnya di nomor palang sejajar dan palang tunggal.

Ia meraih nilai 12.950 untuk palang sejajar dan 12.675 untuk palang tunggal.

Harapannya setelah kini ia berhasil mendulang empat medali di PON Papua adalah berprestasi di tingkat yang lebih tinggi lagi. Ia pun menyiapkan diri untuk berlaga di SEA Games Vietnam dan berharap bisa meraih prestasi yang juga gemilang.

Lebih jauh ia berharap bisa bertanding hingga ke ajang yang lebih prestise yaitu Olimpiade atau kejuaraan dunia.

“Saya ingin tembus sampai di olimpiade, khususnya di floor. Saya merasa percaya diri,” tutupnya.

Di samping itu, Abiyu pun menyampaikan harapannya untuk Papua bisa menghasilkan dan mencetak atlet- atlet lokal dari tanah Papua.

Ia merasa fasilitas bertaraf internasional yang kini tersedia untuk perhelatan PON Papua bisa dilengkapi dan harusnya bisa dimanfaatkan untuk mencetak bibit unggul di cabang olahraga senam artistik.

“Tentu ini harus digunakan untuk mencari bibit di Papua, jangan sampai hanya digudangkan. Sayang dibiarin, tentu ini bisa jadi bibit unggul,” kata Abiyu.

Abiyu berharap prestasi yang diperoleh Papua di senam artistik putra bisa dipertahankan hingga ditingkatkan oleh generasi berikutnya.

Abiyu memang tidak lahir di Tanah Papua, tetapi berkat kegemilangannya di lantai senam PON Papua, ia kini jadi kebanggaan Papua. Ia pun bangga saat dieluk- elukan penonton di Istora Enembe ketika memberi kegembiraan warga Papua dengan kilauan medali emasnya.