Denpasar (ANTARA) - Siswa difabel di Sekolah Tunarungu Sushrusa, Denpasar, Bali, mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sejak Senin (4/10).

"Pelaksanaan PTM ini merujuk pada Perwali Kota Denpasar tentang PTM terbatas," kata Kepala Sekolah Tunarungu Sushrusa, Ni Made Raka Witari di Denpasar, Bali, Selasa.

Siswa-siswa yang memiliki keterbatasan itu terlihat sangat bersemangat bersekolah setelah sekian lama menjalani pembelajaran secara daring.

PTM digelar dalam dua sesi yakni sesi pertama pada pukul 08.00 - 09.00 Wita dan sesi kedua pukul 10.00 - 11.00 Wita. Dalam seminggu, siswa datang ke sekolah sebanyak dua kali.

Baca juga: Sosiolog Unud: PTM jadi peluang optimalkan insfrastruktur di sekolah

Ia menambahkan setiap satu sesi digelar satu jam dan satu minggu mereka sekolah dua kali, sambil jalan, PTM akan dievaluasi terus.

Dalam satu sesi jumlah siswa keseluruhan yang ikut PTM tidak lebih dari 26 siswa untuk semua jenjang dari PAUD, TK, SD dan SMP. Untuk satu kelas jumlah siswa yang mengikuti PTM sebanyak 4-5 orang.

Sementara untuk jumlah siswa di sekolah ini untuk jenjang PAUD, TK, SD, dan SMP yakni 72 orang. "Sebanyak 40 persen siswa yang bersekolah di sini dibiayai oleh yayasan atau donatur sehingga tak membayar SPP," katanya.

Baca juga: Denpasar siap laksanakan sekolah tatap muka

Proses pembelajaran juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat mulai dari wajib memakai masker, cek suhu tubuh, cuci tangan dan penggunaan hand sanitizer sebelum memasuki ruang kelas.

Orang tua salah satu siswa, Dewi Suarini menuturkan anaknya bahkan sudah bangun pukul 05.00 Wita padahal mendapat giliran sekolah pukul 10.00 Wita karena sang anak sudah tak sabar ingin bertemu temannya.

"Karena hari pertama, anak saya semangat sekali, jam 5 sudah bangun dan terus mengajak saya untuk berangkat ke sekolah," katanya.

Baca juga: Australia hibahkan bantuan mesin desalinasi air untuk sekolah di Bali

Ia menambahkan mungkin kangen dengan teman-temannya, apalagi anak saya berkebutuhan khusus jadi sulit bersosialisasi dengan teman di rumah, sehingga dengan teman sesamanya lebih mudah.

Meskipun pembelajaran digelar selama satu jam, namun orang tua siswa menilai PTM ini lebih efektif karena siswa tunarungu ini agak kesulitan memahami materi yang disampaikan secara daring.

Baca juga: Di tengah pandemi, Kepala SMAN 1 Singaraja-Bali raih gelar doktor

Baca juga: MAN Insan Cendekia Serpong raih peringkat pertama UTBK 2021