Peneliti: Perlu sinergi atasi pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta
4 Oktober 2021 20:58 WIB
Ilustrasi - Kawasan teluk Jakarta di pesisir Ancol di Jakarta Utara, Selasa (28/9/2021). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna/aa.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Wulan Koagouw mengatakan sinergi bersama menjadi kunci untuk dapat menyelesaikan masalah pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta.
"Media dan publik, kita bisa sama-sama bersinergi dengan kami peneliti sehingga kami bisa back up dengan datanya. Kita sama-sama bisa bersinergi untuk menyelesaikan masalah yang saat ini sudah bisa kita identifikasi di Teluk Jakarta," kata Wulan dalam Sapa Media virtual Limbah Farmasetika di Perairan Teluk Jakarta yang diselenggarakan BRIN di Jakarta, Senin.
Peneliti bidang ekotoksikologi itu menuturkan sinergi yang dimaksud berkaitan dengan peran peneliti, pemerintah dan masyarakat, dan media. Peneliti melakukan penelitian dan memberikan dukungan berupa data-data hasil riset sebagai masukan kepada pemangku kepentingan.
Data-data dari hasil riset tersebut akan menjadi masukan kepada pemangku kepentingan terkait termasuk pemerintah sehingga dapat menggunakannya untuk merumuskan kebijakan atau keputusan yang tepat dan berbasis sains.
Sementara, menurut Wulan, masyarakat atau publik bisa mengambil peran dalam pelaksanaan kampanye atau kebijakan-kebijakan yang diterapkan sekaligus mengawal kebijakan-kebijakan tersebut.
Media berperan untuk mendiseminasi informasi dan mengawal kebijakan atau langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran parasetamol itu.
"Supaya kita bisa melakukan solusi yang nanti kita rumuskan bersama untuk mengatasi permasalahan di laut kita bukan hanya parasetamol tapi juga kontaminan lainnya," tutur Wulan.
Baca juga: BRIN: Perlu teknologi pengelolaan limbah obat-obatan yang lebih baik
Baca juga: BRIN: Warga perlu tangani limbah parasetamol tidak cemari lingkungan
Wulan bersama koleganya, Zainal Arifin, yang merupakan peneliti di Pusat Riset Oseanografi BRIN, serta George WJ Olivier dan Corina Ciocan yang berasal dari Universitas Brighton di Inggris melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada sisa parasetamol yang terbuang ke sistem perairan laut.
Hasil studi pendahuluan yang dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia itu menunjukkan antara lain muara Sungai Angke dan muara Sungai Ciliwung Ancol di Teluk Jakarta tercemar parasetamol dengan konsentrasi tinggi.
Wulan mengatakan hasil riset tersebut telah disampaikan pada sejumlah pemangku kepentingan terkait termasuk Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada pertemuan virtual pada Senin (4/10) untuk merespons temuan riset terkait kontaminasi parasetamol di Teluk Jakarta.
Ia mengatakan pertemuan tersebut merupakan salah satu langkah awal untuk suatu sinergi yang lebih baik antara peneliti, pemerintah dan publik untuk melakukan pemantauan keberlanjutan, perumusan kebijakan dan respons terhadap masalah itu.
"Saya juga mohon dukungan masyarakat di sini sehingga kita bisa melihat ini sebagai sesuatu yang sebenarnya menjadi awal supaya kita bisa lebih paham lagi tentang laut kita dan juga kita bisa mengelola gaya hidup kita," ujarnya.
Wulan berharap temuan riset tersebut juga dapat menggugah kepedulian masyarakat lebih lagi untuk mengelola lingkungan laut, mengurangi pencemaran dan bersama mengatasi pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta.
"Mudah-mudahan dengan langkah awal ini kita lebih bisa melihat jalan atau gambaran lebih jelas kira-kira berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk mereduksi kontaminA-kontaminan bukan hanya parasetamol, artinya semua kontaminan di Teluk Jakarta sehingga bisa tereduksi sampai efeknya nihil," ujarnya.
Baca juga: Periset:Perlu riset ungkap sumber polutan parasetamol di Teluk Jakarta
Baca juga: Belum diketahui efek polutan parasetamol di perairan bagi manusia
Baca juga: Peneliti BRIN: Pencemaran parasetamol ganggu reproduksi kerang
"Media dan publik, kita bisa sama-sama bersinergi dengan kami peneliti sehingga kami bisa back up dengan datanya. Kita sama-sama bisa bersinergi untuk menyelesaikan masalah yang saat ini sudah bisa kita identifikasi di Teluk Jakarta," kata Wulan dalam Sapa Media virtual Limbah Farmasetika di Perairan Teluk Jakarta yang diselenggarakan BRIN di Jakarta, Senin.
Peneliti bidang ekotoksikologi itu menuturkan sinergi yang dimaksud berkaitan dengan peran peneliti, pemerintah dan masyarakat, dan media. Peneliti melakukan penelitian dan memberikan dukungan berupa data-data hasil riset sebagai masukan kepada pemangku kepentingan.
Data-data dari hasil riset tersebut akan menjadi masukan kepada pemangku kepentingan terkait termasuk pemerintah sehingga dapat menggunakannya untuk merumuskan kebijakan atau keputusan yang tepat dan berbasis sains.
Sementara, menurut Wulan, masyarakat atau publik bisa mengambil peran dalam pelaksanaan kampanye atau kebijakan-kebijakan yang diterapkan sekaligus mengawal kebijakan-kebijakan tersebut.
Media berperan untuk mendiseminasi informasi dan mengawal kebijakan atau langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran parasetamol itu.
"Supaya kita bisa melakukan solusi yang nanti kita rumuskan bersama untuk mengatasi permasalahan di laut kita bukan hanya parasetamol tapi juga kontaminan lainnya," tutur Wulan.
Baca juga: BRIN: Perlu teknologi pengelolaan limbah obat-obatan yang lebih baik
Baca juga: BRIN: Warga perlu tangani limbah parasetamol tidak cemari lingkungan
Wulan bersama koleganya, Zainal Arifin, yang merupakan peneliti di Pusat Riset Oseanografi BRIN, serta George WJ Olivier dan Corina Ciocan yang berasal dari Universitas Brighton di Inggris melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada sisa parasetamol yang terbuang ke sistem perairan laut.
Hasil studi pendahuluan yang dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia itu menunjukkan antara lain muara Sungai Angke dan muara Sungai Ciliwung Ancol di Teluk Jakarta tercemar parasetamol dengan konsentrasi tinggi.
Wulan mengatakan hasil riset tersebut telah disampaikan pada sejumlah pemangku kepentingan terkait termasuk Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada pertemuan virtual pada Senin (4/10) untuk merespons temuan riset terkait kontaminasi parasetamol di Teluk Jakarta.
Ia mengatakan pertemuan tersebut merupakan salah satu langkah awal untuk suatu sinergi yang lebih baik antara peneliti, pemerintah dan publik untuk melakukan pemantauan keberlanjutan, perumusan kebijakan dan respons terhadap masalah itu.
"Saya juga mohon dukungan masyarakat di sini sehingga kita bisa melihat ini sebagai sesuatu yang sebenarnya menjadi awal supaya kita bisa lebih paham lagi tentang laut kita dan juga kita bisa mengelola gaya hidup kita," ujarnya.
Wulan berharap temuan riset tersebut juga dapat menggugah kepedulian masyarakat lebih lagi untuk mengelola lingkungan laut, mengurangi pencemaran dan bersama mengatasi pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta.
"Mudah-mudahan dengan langkah awal ini kita lebih bisa melihat jalan atau gambaran lebih jelas kira-kira berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk mereduksi kontaminA-kontaminan bukan hanya parasetamol, artinya semua kontaminan di Teluk Jakarta sehingga bisa tereduksi sampai efeknya nihil," ujarnya.
Baca juga: Periset:Perlu riset ungkap sumber polutan parasetamol di Teluk Jakarta
Baca juga: Belum diketahui efek polutan parasetamol di perairan bagi manusia
Baca juga: Peneliti BRIN: Pencemaran parasetamol ganggu reproduksi kerang
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: