Jayapura (ANTARA) - Tidak seperti pada hari-hari sebelumnya, berbagai arena pertandingan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX terlihat memperketat pengamanan dan protokol kesehatan karena pesta olahraga terbesar di Tanah Air itu akan dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo di Stadion Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Sabtu.

Meski demikian, kondisi tersebut tidak mengurangi antusiasme warga ingin menyaksikan upacara pembukaan secara langsung ke stadion megah itu, atau menyaksikannya di rumah melalui siaran langsung di berbagai saluran televisi.

Karena pesta berlangsung dalam kondisi pandemi Covid 19 yang belum sepenuhnya hilang, pihak panitia terpaksa membatasi jumlah penonton di stadion dengan hanya sebesar 25 persen dari total kapasitas 40.000 penonton.

Animo masyarakat Papua terlihat sangat tinggi dalam menghadiri pembukaan pesta olahraga yang untuk pertama kali digelar di kawasan paling ujung timur Indonesia itu. Dari pantauan di lapangan, masyarakat sejak sore sudah datang untuk mengantre masuk dan kemudian diperiksa oleh petugas.

Baca juga: Presiden Jokowi resmi buka PON Papua

Ada beberapa tahapan bagian yang harus dilewati masyarakat, pertama mengantre secara tertib dengan menggunakan masker dan tetap menjaga jarak serta tidak menimbulkan kerumunan.

Selanjutnya, setelah melewati pintu masuk pertama, masyarakat akan diberi gelang untuk menunjukkan identitas sebagai penonton. Kemudian, setelah memiliki gelang penonton, masyarakat harus diperiksa kembali oleh petugas seperti suhu tubuh dan barang-barang yang dibawa.

Tidak lupa, sebelum memasuki pintu terakhir menuju bangku penonton, masyarakat akan diberikan tas berwarna merah berisi makanan, minuman dan snack.

"Sudah sejak beberapa hari saya mengecek informasi bagaimana caranya bisa menonton, untung sudah divaksin sehingga diperbolehkan menonton," kata Zulkifli, salah seorang warga Jayapura yang ikut mengantri.

Venue canggih

Sebelum membuka secara resmi PON Papua yang akan berlangsung sampai 15 Oktober mendatang, Presiden Joko Widodo juga meresmikan tujuh arena (venue) yang berteknologi "canggih" dengan alokasi dana Pemerintah Pusat sebesar Rp1,5 triliun.

"Investasi pemerintah dari APBN untuk pembangunan tujuh venue total Rp1,5 triliun, terdiri Rp1 triliun untuk fisik venue, Rp200 miliar penataan kawasan serta Rp300 miliar untuk rumah susun," kata Direktur Prasarana Strategis Direktorat Cipta Karya Kementerian PUPR Iwan Suprijanto.

Menurut Iwan pembangunan tujuh venue lebih efisien dari pengajuan Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp1,7 triliun untuk empat venue.

"Kami sesuaikan budgetnya, bukan jadi murah sehingga tidak memenuhi syarat, Dengan efisiensi biaya, kami tetap penuhi standar," katanya.

Tujuh venue tersebut di antaranya Istora Papua Bangkit di Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, venue akuatik dan panahan di Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, venue kriket dan hoki di Doyo Baru, Kabupaten Jayapura, venue sepatu roda di Bumi Perkemahan Waena, Kota Jayapura, serta venue dayung di Teluk Youtefa, Kota Jayapura.

Baca juga: Tujuh venue canggih Papua dibangun senilai Rp1,5 triliun

Iwan mengatakan pembangunan venue mengacu pada standar kebutuhan olahraga yang dibuktikan oleh sertifikasi internasional dari masing-masing organisasi cabang olahraga serta mengacu pada persyaratan teknis pembangunan gedung.

Contohnya seperti Istora Papua Bangkit yang menggunakan konstruksi berteknologi tinggi pengendali udara tekstil ducting sehingga memungkinkan pertandingan yang sensitif terhadap angin tidak akan terganggu.

Proses pembangunan venue dikatakan Iwan juga memanfaatkan aspek alam Papua yang eksotis seperti yang kini ada di venue dayung dan akuatik.

"Karena ini dibangun di Papua kita berharap alam Papua yang eksotis jadi salah satu hal yang kita manfaatkan. Penonton di venue dayung bisa asyik menonton lomba di Teluk Youtefa," katanya. Pada venue akuatik, penonton di tribun akan disuguhkan pemandangan pegunungan Cycloop yang indah.

Sementara itu pengamat olahraga Fritz Elliker Simandjuntak mengatakan bahwa pelaksanaan PON XX seolah menegaskan kepada dunia bahwa Papua sudah dan akan tetap menjadi bagian utama dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan kondisi Papua sudah jauh lebih aman. Bukan saja pembangunan infrastruktur fisik yang ditingkatkan tetapi juga infrastruktur SDM nya termasuk pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, peningkatan penghasilan, akses terhadap telekomunikasi dan televisi.

“Seperti pernah dinyatakan oleh almarhum Jendral (Purn) Wismoyo Arismunandar, bahwa warisan terbesar olahraga adalah persahabatan. Dengan demikian nekatnya Presiden Jokowi menyelenggarakan PON XX Papua yg diikuti atlet dari 34 provinsi sekaligus digunakan sebagai ajang diplomasi luar negeri bahwa melalui olahraga bisa terwujud harmonisasi dan persahabatan kehidupan bernegara,” kata Fritz yang juga seorang sosiolog itu.

Ajang PON XX Papua juga bisa digunakan sebagai promosi potensi destinasi dan budaya wisata di Papua yang memang sangat besar. Termasuk juga produk- produk asli masyarakat Papua itu sendiri. Sehingga melalui ajang olahraga ini diharapkan terjadi peningkatan kunjungan wisata Nusantara dan manca negara termasuk juga peningkatan ekonomi kerakyatan.

Baca juga: Lukas Enembe: PON Papua simbol kemenangan kita bersama

Hari pembukaan secara resmi PON XX, Sabtu, hanya menggelar dua pertandingan, sementara cabang olahraga lainnya meliburkan diri. Dua cabang yang tetap bertanding itu adalah judo di Mimika dan dayung di Jayapura. Dari dua cabang itu, judo menggelar satu pertandingan final.

Tim judo Papua menutup pertandingan hari keempat Pekan Olahraga Nasional (PON) dengan menyabet medali emas dari nomor ju no kata putri, yang diraih pasangan judoka Devita Lince/Feronika Melanesya dengan skor 408,5 di babak final yang berlangsung di Kota Timika, Sabtu.

Hasil ini membuat Papua mengamankan seluruh emas di nomor seni judo dengan total dua medali, yang terlebih dulu didapatkan dari hage no kata putra.

Devita/Feronika berhasil mengungguli tim judo Jawa Tengah yang menurunkan Cynthia Trubus/Lie Grace Nathalia yang membukukan 402 poin dan berhak atas medali perak, disusul judoka Ita Rahmawati/Alifia Nur Safitri dari Jawa Timur yang harus puas dengan medali perunggu. Sementara tim Sulawesi Selatan yang ikut lolos ke babak final dengan menurunkan Satriani/Nur Astriani, terpaksa pulang dengan tangan hampa karena hanya mencatatkan skor 388 poin.

Berdasarkan klasemen perolehan medali emas secara resmi panitia PON XX Papua pada Sabtu, DKI Jakarta masih bertengger di peringkat teratas pengumpul medali berbanyak dengan 28 emas, 15 perak dan 2 perunggu, disusul tuan rumah Papua dengan 17 emas, 5 perak dan 13 perunggu.

Sementara Jawa Barat, sang juara bertahan, masih berada di urutan ketiga dengan 11 emas, 15 perak dan 25 perunggu.