Bengkulu (ANTARA News) - Direktur Utama Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf mengatakan, kemitraan kampus, perbankan dan media massa di Provinsi Bengkulu ke depan perlu ditingkatkan.

"Ketiga dimensi itu disatupadukan untuk memacu pertumbuhan roda perekonomian di Provinsi Bengkulu dan menggali potensi terpendam di bumi Rafflesia tersebut, " katanya saat memberikan kuliah umum pascasarjana di Universitas Bengkulu, Jumat.

Di hadapan puluhan mahasiswa pascasarjana master perencanaan pembangunan dan master manajemen tersebut, Mukhlis Yusuf juga mengupas tiga visi pertubuhan ekonomi.

Visi pertama impian dan aksi dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dari masyarakat rendah karena selama ini selalu terabaikan, dan pemodal cendrung mendorong golongan menengah dan besar.

Setelah itu ditindaklanjuti dengan ekstensi prioritas untuk mendampingi pengelola modal lemah hingga menjadi menengah dan kemudian bisa besar dan sehat.

Dengan demikian akan terbentuk tenaga profesional di bidang usaha tertenu sesuai bidangnya, sehingga dapat menggali potensi ekonomi yang masih terpendam di daerah ini.

Dalam menciptakan sumber daya manusia berkualitas ke depan adalah melalui kampus, sumber daya itu didukung dengan modal melalui perbankan untuk menjadi seorang pengusaha besar.

"Keberhasilan dua poin itu perlu didukung dengan media massa dalam mempromosikan dan mencari pangsa pasar dari produk unggulan yang dihasilkan tersebut," katanya.

Ia menjelaskan, Provinsi Bengkulu saat ini banyak terdapat minyak mentah kelapa sawit karena kebun milik rakyat dan pengusaha besar cukup luas.

Selain itu, katanya, daerah ini memiliki laut yang cukup luas dan potensi berbagai jenis ikan berkualitas ekspor, bila semuanya sudah tergarap Provinsi Bengkulu bisa menjadi lokomotif ekonomi maritim di wilayah Barat, ujarnya.

Sementara itu, Kepala Cabang Bank Indonesia (BI) Bengkulu Causa Iman Karana mengatakan, perputaran uang di daerah ini setiap tahun terus meningkat karena roda perekonomian tumbuh alami.

Peredaran uang di Provinsi Bengkulu saat ini rata-rata Rp33 trilliun per tahun atau mengalami peningkatan cukup signifikan, ujarnya.(*)
(T.Z005/R009)