Jakarta, 21/1 (ANTARA) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak masyarakat, terutama insan pers untuk menyosialisasikan diversifikasi pangan non-beras, karena Indonesia termasuk wilayah yang kaya sumber daya alam pangan.

"Rata-rata tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai sekitar 120 kilogram per orang per tahun. Kecenderungannya meningkat. Kita, utamanya pers, perlu menyosialisasikan agar ada diversifikasi pangan non-beras," kata Kepala Negara saat menerima masyarakat pers nasional di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

Apalagi, menurut Presiden, sejumlah daerah di Indonesia sebenarnya di masa lalu memiliki makanan pokok non-beras, seperti jagung, ubi, dan sagu. Namun, masyarakat saat ini lebih banyak yang mengonsumsi nasi atau berbahan beras.

Sosialisasi ini, kata Presiden, perlu dibarengi dengan kemampuan setiap daerah untuk mengembangkan lahan tanaman pangan selain padi. "Saya gembira masyarakat di sejumlah provinsi kembali mengembangkan tanaman jagung, seperti Gorontalo dan Nusa Tenggara Timur. Bagaimana Pak Frans," tanya Kepala Negara kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya, yang ikut hadir di Kantor Kepresidenan.

Frans lantas menjawab, "Sejak 2008 di NTT ada program masyarakat menanam jagung, dan hasilnya menggembirakan. Kami ingin menjadi provinsi produsen jagung, karena jagung pernah menjadi makanan pokok masyarakat NTT."

Direktur Utama PT PLN (Persero), Dahlan Iskan, yang mantan Pemimpin Jawa Pos Grup, juga memberikan tanggapan, "Benar Pak Presiden, saya menilai jagung Kupang gurih. Rasanya mirip ketan. Pulen dan sedap. Kalau dibawa ke Jakarta pasti laris," kata Dahlan.

Presiden pun menyatakan, "Ini kabar menggembirakan. Pers perlu mengeksposnya supaya masyarakat bisa memahami adanya makanan pokok selain beras yang dapat dikonsumsi sehari-hari."

Kepala Negara juga mengemukakan, saat ini bersama Ibu Negara Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono sedang menanam cabai asal Kupang, yang rasanya sangat pedas. "Saya ingin tahu, apakah setelah ditanam dalam pot di Jakarta rasa pedasnya masih sama atau malah berkurang," kata Presiden.

Lantas, Presiden Yudhoyono menceritakan bahwa saat masih menjadi menteri pernah bersama para anggota kabinet lainnya mencoba rasa pedasnya cabai Kupang. "Ternyata, yang paling tahan dan suka rasa pedasnya hanya saya dan Ibu Megawati," kata Kepala Negara, yang didampingi Menko Polhukam, Djoko Suyanto, dan Menkominfo, Tifatul Sembiring.

Oleh karena itu, Kepala Negara mengemukakan, saat mengetahui harga cabai saat ini semakin mahal, maka langsung meminta kiriman cabai Kupang dari Komandan Resor Militer (Danrem) setempat.

"Ini yang kemudian bijinya saya tanam di rumah. Bersama Ibu saya sudah mencicipinya, dan cara menanam secara mandiri di rumah tentu saja bisa jadi contoh bagi masyarakat luas. Dengan begini, masyarakat bisa petik cabai di rumah," demikian Presiden Yudhoyono.

Masyarakat pers saat diterima Presiden menyampaikan sejumlah persiapan menjelang Hari Pers Nasional (HPN) pada 9 Februari 2011 di Kupang, ibukota NTT. Kepala Negara dalam kesempatan itu menyatakan kesedian hadir ke Kupang, bahkan akan menginap selama tiga hari dan dua malam.

Para tokoh pers yang hadir ke Kantor Kepresidenan adalah Margiono (Ketua Persatuan Wartawan Indonesia/PWI selaku penanggung jawab HPN), Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, Wakil Ketua Dewan Pers, Bambang Harymurti, Priyambodo RH (ketua panitia pelaksana HPN), Sabam Siagian, Tarman Azzam, Ilham Bintang, Sidki Wahab, dan Budi Rahman Hakim.