Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Pengembangan Desa Wisata tidak hanya mengandalkan potensi alam, kerajinan maupun lingkungan. Makanan dan jajanan tradisional menjadi salah satu faktor pendukung atau daya tarik meningkatkan kunjungan wisatawan.

Seperti halnya yang dilakukan Desa Wisata Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah menawarkan makanan tradisional "Nasi Ayam Merangkat" dan jajanan khas Lombok yang dijual di Pasar Bambu.

Pengurus Pokdarwis Desa Wisata Bonjeruk Dayat mengatakan, dalam mengembangkan Desa wisata ditengah pandemi ini tidak hanya mengandalkan pemandangan alam pendesaan dan budaya serta sejarah. Namun, pihaknya mengembangkan Desa wisata dengan menonjolkan potensi makanan khas lombok kepada para wisatawan lokal maupun mancanegara.

"Makanan khas Lombok kita kembangkan menjadi potensi wisata," ujarnya kepada wartawan, Rabu (30/9).

Lokasi pasar bambu ini dulu lahan hanya menjadi genangan air dan terdiri dari semak dan bambu-bambu ini selalu di tebang untuk dijual.

"Setelah dibangun tempat ini menjadi lebih tertata dan bambupun semakin terpelihara dan memberikan dampak ekonomi yg besar bagi masyarakat," ujarnya.

Dikatakan, sebelum pandemi pasar bambu itu awalnya memang dikhususkan untuk wisatawan mancanegara. Namun, karena COVID-19 sejak dua tahun lalu tidak ada wisatawan yang datang.

"Awalnya kita telah jalin kerjasama dengan pihak pengelolaan Kapal Pesiar dan agen trevel. Hampir 800 wisatawan asing yang telah mencoba kuliner makanan di pasar Bambu ini," katanya.

Meskipun pandemi, pihaknya tetap bertahan dan mencoba hal baru supaya Desa wisata tersebut tetap aktif. Sehingga muncul gagasan untuk membuka pasar bambu itu kepada wisatawan lokal dengan mengandalkan Nasi Ayam Merangkat.

"Alhamdulillah cukup ramai setiap hari tamu yang datang," ujarnya.

Dijelaskan, Nasi Ayam Merangkat ini memiliki filosofi, di mana nasi tersebut biasanya disajikan saat ada warga yang menikah dan pihak keluarga dalam menyambut kedua mempelai memotong puluhan ayam untuk dimasak dengan cara dibakar, dikasih bumbu sambal dan disajikan bagi warga sebagai rasa syukur, karena anak mereka menikah (Merarik"red bahasa sasak).

"Ciri khasnya makanan ini pedas dan biasanya disajikan setiap ada yang menikah," katanya.

"Tapi kalau untuk wisatawan asing, bumbunya tidak pedas, kita sesuaikan dengan lidah mereka," tambahnya.

Menurutnya, apabila pandemi ini berakhir, pasti wisatawan yang akan datang cukup banyak dan pariwisata bisa pulih kembali. Terlebih dengan adanya event WSBK dan MotoGP di Sikuit Mandalika bisa menjadi magnet kunjungan wisatawan di Lombok khususnya dan berdampak bagi pelaku wisata atau masyarakat.

"Semoga pandemi ini tuntas dan event balapan di Sirkuit Mandalika itu bisa membangkitkan pariwisata," katanya.

Baca juga: Kombinasi nikmat nasi tiga warna, kulit ayam dan pedasnya sambal

Baca juga: Ayam rendang dikritik karena tak garing, warga Malaysia murka

Baca juga: Pedas gurih sate rembiga, hidangan wajib coba di Lombok