BPS: Tiga subsektor alami peningkatan Nilai Tukar Petani
1 Oktober 2021 12:09 WIB
Ilustrasi - Seorang petani menanam padi di area persawahan di Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. ANTARA/Adiwinata Solihin/am.
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa tiga subsektor mengalami peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) yang mempengaruh kenaikan NTP nasional pada September 2021 sebesar 0,96 persen menjadi 105,68 jika dibandingkan bulan sebelumnya.
"Jika kita perhatikan menurut subsektor, terdapat tiga subsektor yang mengalami peningkatan NTP, yang pertama adalah subsektor tanaman pangan yang meningkat 1,14 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat menggelar konferensi pers secara virtual, Jumat.
Kenaikan tersebut terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 1,05 persen. Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi indeks yang diterima petani adalah karena kenaikan harga gabah, jagung, dan ketela rambat.
Kedua, subsektor yang mengalami peningkatan NTP adalah perkebunan rakyat, yang naik 2,12 persen karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 2,17 persen.
"Komoditas yang dominan yang mempengaruhi indeks yang diterima petani adalah kelapa sawit, karet, dan kakao," tukas Margo.
Terakhir, subsektor perikanan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,40 persen, di mana hal tersebut disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 0,41 persen.
Sedangkan, komoditas yang dominan mempengaruhi indeks yang diterima petani adalah kenaikan harga bandeng payau, udang payau, dan ikan tongkol.
Sedangkan dua subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu hortikultura , kemudian peternakan, di mana terjadi penurunan NTP 1,5 persen.
Baca juga: BPS: Nilai Tukar Petani Agustus 2021 naik 1,16 persen
Baca juga: Anggota DPR: Kenaikan NTP bukti sektor pertanian kokoh saat pandemi
Baca juga: Presiden: Peningkatan ekspor pertanian dorong kesejahteraan petani
"Jika kita perhatikan menurut subsektor, terdapat tiga subsektor yang mengalami peningkatan NTP, yang pertama adalah subsektor tanaman pangan yang meningkat 1,14 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat menggelar konferensi pers secara virtual, Jumat.
Kenaikan tersebut terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 1,05 persen. Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi indeks yang diterima petani adalah karena kenaikan harga gabah, jagung, dan ketela rambat.
Kedua, subsektor yang mengalami peningkatan NTP adalah perkebunan rakyat, yang naik 2,12 persen karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 2,17 persen.
"Komoditas yang dominan yang mempengaruhi indeks yang diterima petani adalah kelapa sawit, karet, dan kakao," tukas Margo.
Terakhir, subsektor perikanan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,40 persen, di mana hal tersebut disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 0,41 persen.
Sedangkan, komoditas yang dominan mempengaruhi indeks yang diterima petani adalah kenaikan harga bandeng payau, udang payau, dan ikan tongkol.
Sedangkan dua subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu hortikultura , kemudian peternakan, di mana terjadi penurunan NTP 1,5 persen.
Baca juga: BPS: Nilai Tukar Petani Agustus 2021 naik 1,16 persen
Baca juga: Anggota DPR: Kenaikan NTP bukti sektor pertanian kokoh saat pandemi
Baca juga: Presiden: Peningkatan ekspor pertanian dorong kesejahteraan petani
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: