PON Papua
Chemistry kuat si kembar Lena-Leni di area takraw PON Papua
1 Oktober 2021 11:29 WIB
Atlet kembar Lena-Leni ( kanan dan kiri) saat berpose bersama rekan satu tim Sepak Takraw Jawa Barat pada babak penyisihan tim di GOR Trikora Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua, Jumat (1/10/2021). ANTARA/Andi Firdaus/am.
Jakarta (ANTARA) - Chemistry atau perasaan yang bertaut dan terkoneksi pada anak kembar menjadi salah satu kekuatan yang kini dimiliki atlet sepak takraw asal Jawa Barat Lena-Leni saat bertanding di arena Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
"Secara emosional bisa dianalogikan seperti itu (chemistry), sebab Lena-Leni itu satu keluarga," kata Manager Sepak takraw Jawa Barat Yusuf Jamaludin yang dijumpai Antara di babak penyisihan sepak takraw di GOR Trikora Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua, Jumat.
Atlet putri kembar itu lahir di Indramayu, Jawa Barat. Lena lebih tua 30 menit dibandingkan Leni, tak heran Leni memanggil Lena dengan sebutan kakak meskipun tanggal lahir kedua atlet takraw itu sama pada 7 Juni 1989.
Menurut Yusuf chemisty yang kuat dari peraih emas PON Kalimantan Timur 2008 itu terlihat dari gestur mereka saat tampil di arena. "Mereka sudah tidak perlu lagi berkomunikasi lewat perbincangan saat tampil di arena. Cukup dengan gestur saja, mereka sudah saling paham," katanya.
Leni berada posisi tekong atau pemain tengah lapangan dan bertindak sebagai server atau yang memulai pukulan bola. Sedangkan sang kakak Lena berada pada posisi smash atau rejaman. "Saya percaya bahwa komunikasi mereka sudah terjalin kuat sejak di dalam kandungan," katanya.
Dijumpai usai mengalahkan tim Sulawesi Barat di babak penyisihan tim dengan dua poin kemenangan, Lena mengakui bahwa chemisty menjadi kelebihan khusus bila dibandingkan atlet lainnya di sepak takraw.
"Saya bisa tahu kalau Leni sedang down saat di arena. Biasanya langsung saya beri semangat dia dengan tepukan atau pelukan. Saya juga harus berupaya lebih keras lagi menjangkau operan bola dari dia," katanya.
Baca juga: Lena-Leni tumpuan Jabar di PON Papua
Rekan satu tim di tim Jabar, Astri Khairunisa, mengakui kekuatan chemistry yang menjadi keunggulan Lena-Leni saat pertandingan.
"Mereka berdua tidak bisa dipisahkan dalam tim. Kalau Lena atau Leni disatukan, kekuatan kita bisa 100 persen, tapi kalau hanya Lena saja dan Leni digantikan yang lain, saya bisa pastikan kekuatan Jabar tidak bisa 100 persen," katanya.
"Mereka akan mudah menerka dan memahami apa yang akan dikatakan kembarannya karena kedekatan batin satu sama lain yang erat. Terkadang dalam situasi genting, kode lirikan mata pun sudah dapat dimengerti oleh mereka," katanya.
Selain mencatat prestasi meraih emas PON Kalimantan Timur 2008, Lena-Leni juga pernah meraih perak PON Riau 2012, emas tim double PON 2016, emas beregu PON 2016 serta perunggu Asian Games.
Baca juga: Kekompakan modal sepak takraw Jatim raih emas perdana di PON Papua
Baca juga: DKI Jakarta jegal ambisi Jatim kawinkan emas sepak takraw double tim
Baca juga: Sepak takraw Sulsel sabet medali perdana PON Papua
"Secara emosional bisa dianalogikan seperti itu (chemistry), sebab Lena-Leni itu satu keluarga," kata Manager Sepak takraw Jawa Barat Yusuf Jamaludin yang dijumpai Antara di babak penyisihan sepak takraw di GOR Trikora Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua, Jumat.
Atlet putri kembar itu lahir di Indramayu, Jawa Barat. Lena lebih tua 30 menit dibandingkan Leni, tak heran Leni memanggil Lena dengan sebutan kakak meskipun tanggal lahir kedua atlet takraw itu sama pada 7 Juni 1989.
Menurut Yusuf chemisty yang kuat dari peraih emas PON Kalimantan Timur 2008 itu terlihat dari gestur mereka saat tampil di arena. "Mereka sudah tidak perlu lagi berkomunikasi lewat perbincangan saat tampil di arena. Cukup dengan gestur saja, mereka sudah saling paham," katanya.
Leni berada posisi tekong atau pemain tengah lapangan dan bertindak sebagai server atau yang memulai pukulan bola. Sedangkan sang kakak Lena berada pada posisi smash atau rejaman. "Saya percaya bahwa komunikasi mereka sudah terjalin kuat sejak di dalam kandungan," katanya.
Dijumpai usai mengalahkan tim Sulawesi Barat di babak penyisihan tim dengan dua poin kemenangan, Lena mengakui bahwa chemisty menjadi kelebihan khusus bila dibandingkan atlet lainnya di sepak takraw.
"Saya bisa tahu kalau Leni sedang down saat di arena. Biasanya langsung saya beri semangat dia dengan tepukan atau pelukan. Saya juga harus berupaya lebih keras lagi menjangkau operan bola dari dia," katanya.
Baca juga: Lena-Leni tumpuan Jabar di PON Papua
Rekan satu tim di tim Jabar, Astri Khairunisa, mengakui kekuatan chemistry yang menjadi keunggulan Lena-Leni saat pertandingan.
"Mereka berdua tidak bisa dipisahkan dalam tim. Kalau Lena atau Leni disatukan, kekuatan kita bisa 100 persen, tapi kalau hanya Lena saja dan Leni digantikan yang lain, saya bisa pastikan kekuatan Jabar tidak bisa 100 persen," katanya.
"Mereka akan mudah menerka dan memahami apa yang akan dikatakan kembarannya karena kedekatan batin satu sama lain yang erat. Terkadang dalam situasi genting, kode lirikan mata pun sudah dapat dimengerti oleh mereka," katanya.
Selain mencatat prestasi meraih emas PON Kalimantan Timur 2008, Lena-Leni juga pernah meraih perak PON Riau 2012, emas tim double PON 2016, emas beregu PON 2016 serta perunggu Asian Games.
Baca juga: Kekompakan modal sepak takraw Jatim raih emas perdana di PON Papua
Baca juga: DKI Jakarta jegal ambisi Jatim kawinkan emas sepak takraw double tim
Baca juga: Sepak takraw Sulsel sabet medali perdana PON Papua
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021
Tags: