Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan pelaku perhotelan tak hanya berpangku tangan menunggu situasi pandemi membaik, melainkan memanfaatkan waktu melatih kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan bersiap menyambut tamu ketika situasi kondusif.

"Selama penurunan (okupansi), hotel-hotel sibuk berbenah atau mengadakan pelatihan, pelatihan ini lebih meningkat dibandingkan ketika hotel buka," ujar Ketua Bidang Pelatihan SDM PHRI Alexander Nayoan dalam webinar, Kamis.

Alexander menuturkan, ada hotel-hotel yang bekerjasama dengan platform tertentu untuk mengadakan pelatihan daring, ada juga yang meminta karyawan menononton video-video pelatihan, baik yang berbayar maupun gratis. Semuanya bertujuan untuk memperbaiki diri agar lebih siap melayani tamu ke depannya.

"Saya senang dan bangga lihat tenaga kerja pariwisata perhotelan sudah menuju standard negara Eropa di mana multitasking jadi keharusan dan kebutuhan," papar Alexander.

Misalnya, pegawai tata graha (housekeeping) di hotel diberi pelatihan agar bisa bekerja dan memahami standar operasional prosedur di bagian lain sehingga tiap pegawai juga keterampilan beberapa pekerjaan. Namun, itu semua perlu diimbangi dengan catatan tugas dan tanggungjawab yang benar serta modul-modul yang mutakhir sehingga tidak ketinggalan zaman.

Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia di perhotelan bisa terus meningkat.

Alexander juga menuturkan kondisi perhotelan di Indonesia yang bervariasi. Di beberapa tempat, okupansi semakin meningkat karena masyarakat sudah tidak sabar untuk kembali berlibur dan mencari hiburan dengan staycation di hotel.

"Contohnya di kota-kota besar pulau Jawa, okupansi hotel sudah meningkat. Seperti yang disebut Menteri Sandiaga Uno, ada revenge tourism, orang sudah terlalu lama di rumah balas dendam mau pergi ke luar," katanya.

Hotel-hotel di lokasi strategis dan dekat dengan atraksi, pusat belanja atau kegiatan bisnis mengalami peningkatan okupansi. Di sisi lain, ada juga hotel-hotel yang kondisinya memprihatinkan karena hanya sedikit tamu yang datang.

"Saya baru dari Lombok pekan lalu, di sana hotel-hotel okupansi hanya 1-2 kamar. Dari sekian puluh hotel yang buka mungkin enam, tujuh atau delapan. Bali juga, walau sudah jauh lebih baik dari masa PPKM, minggu lalu di Bali begitu dari level empat ke level tiga, jalan semakin penuh dan okupansi hotel mulai meningkat walau tidak signifikan," tutur dia.

Baca juga: PHRI: 10.131 hotel dan restoran implementasi aplikasi Peduli Lindungi

Baca juga: Aturan anak 12 tahun boleh ke hotel belum mampu dongkrak hunian

Baca juga: Ini kata PHRI terkait anak 12 tahun boleh masuk hotel