Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita mengatakan pemberian imunisasi di masa pandemi COVID-19 harus tetap dilakukan untuk dapat melindungi anak dan masyarakat pada PD3I (penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi).

“IDAI juga membuat imunisasi dasar lengkap sampai 18 bulan itu sangat penting ya. Kemudian bila banyak bayi dan balita banyak mendapatkan imunisasi tentu akan menghindari banyak penyakit. Oleh karena itu layanan imunisasi harus diberikan di mana pun,” kata Cissy dalam webinar “Pentingnya Imunisasi Rutin untuk Anak di Masa Pandemi COVID-19” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Cissy menuturkan pandemi COVID-19 memberikan dampak pada cakupan imunisasi, baik secara global maupun di Indonesia menjadi menurun. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kejadian, kematian, kejadian luar biasa (KLB) akibat PD3I.

Baca juga: Sejumlah pihak komitmen dukung pelaksanaan imunisasi anak di Jatim

Kemudian pada anak, dia menegaskan apabila bayi dan balita (bayi di bawah usia lima tahun) tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, maka saat terjadi sebuah wabah dari penyakit lain kelak akan mengakibatkan anak menjadi sakit berat, cacat bahkan meninggal dunia.

“Ini kalau kita lihat, sebanyak 786.000 anak belum mendapat imunisasi dasar lengkap pada tahun 2020, ini kita lihat tempatnya yang itu-itu lagi. Makanya menunjukkan angka yang kurang menyenangkan,” kata dia menjelaskan mengapa imunisasi khususnya pada anak perlu dilakukan.

Oleh karena itu, dia menyarankan agar kegiatan imunisasi tetap dilakukan baik di posyandu, puskesmas, praktik pribadi dokter hingga rumah sakit dengan tetap menggunakan protokol kesehatan yang berlaku.

Untuk memulai kembali pelayanan imunisasi, Cissy menyarankan apabila tingkat penularan COVID-19 di suatu daerah masih tinggi, daerah tersebut dapat menunda proses imunisasi namun harus segera diberikan bila situasi sudah memungkinkan. Hal tersebut guna mencegah terjadinya kesenjangan imunitas pada masyarakat.

“Kalau tidak memungkinkan imunisasi (bisa) ditunda, tapi itu perlu dipikirkan mengenai sesegera mungkin. Jadi kita semua harus mendaftar pasien-pasien kita yang belum mendapatkan imunisasi pada waktunya, kita harus mencegah immunity gap,” ujar Cissy.

Kemudian dia menyarankan apabila petugas kesehatan tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan kegiatan catch up immunization (imunisasi kejar), maka setidaknya petugas harus memprioritaskan PD3I yang berpotensi KLB seperti polio, campak dan difteri.

Terakhir Cissy mengatakan pemerintah harus melakukan strategi komunikasi yang efektif dan melibatkan komunitas untuk meningkatkan kepedulian dan mengembalikan rasa kebutuhan melaksanakan vaksinasi pada masyarakat.

Ia mengatakan imunisasi merupakan hal yang penting sehingga harus dilaksanakan komunikasi edukasi yang baik supaya PD3I dapat dicegah dan tidak terjadi.

“Kesimpulannya imunisasi merupakan hal yang penting. IDAI juga merasa bahwa ini adalah hal yang penting, terutama melaksanakan edukasi komunikasi melalui berbagai sumber, melalui kerja sama dan juga oleh IDAI sendiri. Semoga ini bisa berhasil dengan baik sehingga PD3I yang kita takutkan tidak terjadi,” ucap dia.

Baca juga: IDAI:Kasus anak terkonfirmasi COVID-19 terbanyak di Jawa Barat