Jakarta, 17/1 (ANTARA) - Industri Pulp and Paper di Indonesia telah berkembang pesat. Industri ini telah menarik investasi sebesar US$ 16 miliar, dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 242.822 orang dan mendatangkan devisa sekitar US$ 4 miliar, atau sekitar 6,1% dari total produksi sektor manufaktur. Dengan demikian, Indonesia menempati urutan ke-9 negara pengekspor pulp terbesar dunia dengan rata-rata ekspor 1,6 juta ton pulp per tahun. Sedangkan dalam produksi kertas, Indonesia masuk 12 besar dengan rata-rata ekspor 1,7 juta ton kertas per tahun. Hal ini disampaikan oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan dalam seminar "The Indonesian Pulp & Paper Industry : Balancing The Demand of All Stakeholder Expectations" di Jakarta,pada 17 Januari 2011.

Dalam seminar yang mengambil tema "menyeimbangkan harapan para pihak dalam pembangunan industri pulp dan kertas", Menteri Kehutanan berharap agar diterapkan konsep "Manajemen Perubahan". Mengelola perubahan yang konseptual adalah mengelola masa depan kehutanan yang lebih baik untuk lima, sepuluh, dan dua puluh tahun kedepan. Tantangannya adalah bagaimana kita mentransformasi keadaan faktual sumberdaya hutan kita yang terus menurun karena dijarah atau ditebang secara illegal dengan kebutuhan hutan dan hasil hutan yang terus meningkat, tidak saja untuk bahan baku pulp, kayu petukangan, tetapi untuk memenuhi kelangkaan pangan, energi dan air bersih di masa depan.

Dengan demikian "Mengelola Perubahan" adalah mengelola masa depan dan itu diperlukan rencana strategis bagi revitalisasi industri kehutanan yang lebih inklusif, lebih berbasis rakyat dan lebih berbasis pada pendekatan ekosistem. Akhirnya tujuan untuk mensejahterakan rakyat melalui pengelolaan hutan lestari dapat tercapai dan dirasakan oleh semua pihak dengan Indonesia yang lebih sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Masyhud, Kepala Pusat Humas Kehutanan, Kementerian Kehutanan