Cinangka, Serang (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tidak terlihat dari Pos Pemantau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, karena tertutup dan terhalang oleh kabut tebal.

"Kami kesulitan melakukan pemantauan Gunung Anak Krakatau dari pos pemantau di Cinangka," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau (GAK), Anton S Pambudi, Selasa.

Pihaknya mengaku sampai saat ini benar-benar mengalami kesulitan untuk melakukan pemantauan aktivitas kegempaan Anak Krakatau.

"Aktivitas kegempaaan GAK sudah lama tidak terpantau, hampir satu bulan ini. Biasanya kami melihat wujud dan arah asap GAK yang keluar," katanya.

Namun demikian, Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan GAK pada status `waspada` atau level II.

"Kami masih memberikan rekomendasi warga atau siapapun untuk tidak mendekati lokasi kegempaan sampai radius dua kilometer," katanya.

Sementara itu sejumlah warga yang tinggal didaerah pesisir Pantai Anyer dan Cinangka mengaku masih merasakan getaran dan dentuman yang bersumber dari GAK.

"Hampir setiap malam dentuman dan getarannya saya rasakan," kata Erna salah seorang warga Cikoneng, Anyer.

Bahkan katanya, suara dentuman akan teras dan terdengar di malam hari.

"Kalau siang hari, mungkin suara dentuman dan getaran yang dikeluarkan dari GAK bercampur dengan aktivitas dan bisingnya kendaraan dan mayarakat," ujarnya.

Hal senada dikatakan warga Desa Bandulu, Anyer, Surati. Dia mengatakan bahwa bukan hanya getaran dan dentuman, namun dia kadang juga melihat pijaran api ke udara.

"Rumah saya dekat bibir Pantai di Bandulu, jadi kalau malam, sesekali melihat ada pijaran api ke atas," katanya.(*)
(U.KR-MSR/Y006/R009)