Jakarta (ANTARA News) - Seorang pria Mesir membakar dirinya sendiri Senin ini di depan gedung parlemen negeri itu sebagai upaya protes terhadap kemiskinan yang akut di negeri para firaun tersebut.

Membakar diri seperti itu, sebut The Guardian, kini menjadi alat protes masyarakat Afrika Utara terhadap rezimnya setelah seorang pedagang sayuran di Tunisia melakukannya pertama kali Desember lalu dan akhirnya membuat penguasa Tunisia tumbang.

Tak hanya di Mesir, protes serupa terjadi juga di Aljazair. Dalam lima hari terakhir, setidaknya empat orang Aljazair berdemonstrasi menentang rezim dengan membakar diri.

Seorang saksi mata yang bekerja di gedung parlemen Mesir yang terletak di pusat kota Cairo mengungkapkan, pria Mesir yang membakar diri sebelumnya mengguyur tubuhnya dengan bensin dan menyulutnya dengan api begitu orang-orang mendekatinya.

Api berhasil dipadamkan, sementara si pria segera dilarikan ke rumah sakit, kata saksi mata tersebut.

Seorang sumber pada Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan bahwa sang pria adalah pemilik warung makan dan dia memprotes kemiskinan yang membelitnya.

Sumber lainnya dari aparat keamanan mengatakan bahwa si pria mengalami luka bakar pada tangan dan mukanya.

Suratkabar al-Masry al-Youm melaporkan sebelum membakar diri, pria tersebut terlebih dulu meneriakkan slogan anti pemerintah.

Sumber pada rumah sakit di Cairo yang merawat pria tersebut menyatakan bahwa pria itu memang dibawa ke rumah sakitnya karena menderita luka bakar yang parah.

Demonstrasi rakyat telah menumbangkan Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali, menyusul aksi bakar diri Muhammed Bouazizi, pedagang sayuran berusia 26 tahun pada 17 Desember 2010, karena polisi menggaruk dagangannya.

Bouazizi yang meninggal beberapa minggu setelah itu, kemudian menjadi martir bagi para mahasiswa dan para penganggur yang memprotes kondisi kehidupan rakyat mereka yang miskin.

Para analis Timur Tengah yakin bahwa gerakan sosial di Tunisia itu akan menjalar ke negara-negara Arab lainnya mengingkat di kawasan ini banyak rakyat yang frustasi karena membumbungnya harga, kemiskinan, pengangguran, penduduk yang makin padat, dan sistem kekuasaan yang tak memedulikan itu semua.

Aljazair menghadapi serangkaian demonstrasi disertai kekerasan dalam beberapa hari ini di sejumlah kota. Para demonstran memprotes mahalnya sembako dan karena tingginya angka pengangguran. Demonstrasi ini bersamaan dengan unjuk rasa serupa di Tunisia yang menumbangkan Ben Ali Jumat lalu.

Tumbangnya Ben Ali adalah untuk pertamakalinya penguasa Arab dijatuhkan oleh gerakan rakyat. Gerakan sosial di Tunisia ini kini dianggap model gerakan di dunia Arab. (*)

Guardian/Jafar