IHSG melemah ikuti anjloknya bursa saham regional dan global
29 September 2021 09:32 WIB
Ilustrasi - Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia. ANTARA FOTO/Reno Esnir/aa.
Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi dibuka melemah mengikuti anjloknya bursa saham regional dan global.
IHSG dibuka melemah 12,29 poin atau 0,2 persen ke posisi 6.100,83. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 3,09 poin atau 0,36 persen ke posisi 856,79.
"Indeks saham di Asia pagi ini Rabu dibuka turun tajam setelah indeks saham utama di Wall Street semalam ditutup jauh di dalam teritori negatif," tulis Tim Riset Phillip Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: IHSG Rabu dibuka melemah 12,29 poin
Hampir setengah dari komponen S&P 500 sudah turun 10 persen atau lebih dari level tertingginya dalam 52 minggu terakhir dengan 64 saham telah jatuh 20 persen atau bahkan lebih.
Keberanian investor dalam mengambil risiko atau risk appetite tertekan oleh pergerakan naik imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS dan semakin kuatnya kekhawatiran terhadap inflasi
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melompat lebih dari 5 bps menjadi 1.,54 persen, tertinggi sejak Juni seiring dengan semakin kuatnya ekspektasi kenaikan inflasi. Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam keterangannya di depan komite perbankan Senat (DPD) AS semalam mengatakan inflasi bisa mencapai 4 persen pada akhir 2021.
Baca juga: IHSG ditutup melemah di tengah aksi beli asing
Harga kontrak berjangka (futures) komoditas energi terus mencatatkan kenaikan. Minyak mentah jenis Brent dan WTI baru saja mencatatkan kenaikan selama lima minggu beruntun dan masing- masing sudah mengalami kenaikan lebih dari 50 persen sepanjang 2021.
Kontrak berjangka gas alam juga memperpanjang relinya seiring dengan semakin besarnya ketakutan akan kelangkaan pasokan global pada musim dingin atau kuartal IV 2021 sehingga memicu aksi beli spekulatif.
Kenaikan yield juga di dorong oleh ketidakpastian dari sikap tegas (hawkish) bank sentral di negara maju. Investor ingin mengetahui apakah bank sentral seperti The Federal Reserve dan Bank of England akan tetap mempertahankan narasi mereka dan mengabaikan tekanan inflasi yang terjadi, mengingat selama ini mereka selalu berpendapat bahwa lonjakan inflasi yang sedang terjadi hanya bersifat sementara.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 788,06 poin atau 2,61 persen ke 29.395,9, indeks Hang Seng turun 246,41 poin atau 1,01 persen ke 24.253,98, dan indeks Straits Times terkoreksi 9,73 poin atau 0,32 persen ke 3.067,96.
IHSG dibuka melemah 12,29 poin atau 0,2 persen ke posisi 6.100,83. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 3,09 poin atau 0,36 persen ke posisi 856,79.
"Indeks saham di Asia pagi ini Rabu dibuka turun tajam setelah indeks saham utama di Wall Street semalam ditutup jauh di dalam teritori negatif," tulis Tim Riset Phillip Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: IHSG Rabu dibuka melemah 12,29 poin
Hampir setengah dari komponen S&P 500 sudah turun 10 persen atau lebih dari level tertingginya dalam 52 minggu terakhir dengan 64 saham telah jatuh 20 persen atau bahkan lebih.
Keberanian investor dalam mengambil risiko atau risk appetite tertekan oleh pergerakan naik imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS dan semakin kuatnya kekhawatiran terhadap inflasi
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melompat lebih dari 5 bps menjadi 1.,54 persen, tertinggi sejak Juni seiring dengan semakin kuatnya ekspektasi kenaikan inflasi. Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam keterangannya di depan komite perbankan Senat (DPD) AS semalam mengatakan inflasi bisa mencapai 4 persen pada akhir 2021.
Baca juga: IHSG ditutup melemah di tengah aksi beli asing
Harga kontrak berjangka (futures) komoditas energi terus mencatatkan kenaikan. Minyak mentah jenis Brent dan WTI baru saja mencatatkan kenaikan selama lima minggu beruntun dan masing- masing sudah mengalami kenaikan lebih dari 50 persen sepanjang 2021.
Kontrak berjangka gas alam juga memperpanjang relinya seiring dengan semakin besarnya ketakutan akan kelangkaan pasokan global pada musim dingin atau kuartal IV 2021 sehingga memicu aksi beli spekulatif.
Kenaikan yield juga di dorong oleh ketidakpastian dari sikap tegas (hawkish) bank sentral di negara maju. Investor ingin mengetahui apakah bank sentral seperti The Federal Reserve dan Bank of England akan tetap mempertahankan narasi mereka dan mengabaikan tekanan inflasi yang terjadi, mengingat selama ini mereka selalu berpendapat bahwa lonjakan inflasi yang sedang terjadi hanya bersifat sementara.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 788,06 poin atau 2,61 persen ke 29.395,9, indeks Hang Seng turun 246,41 poin atau 1,01 persen ke 24.253,98, dan indeks Straits Times terkoreksi 9,73 poin atau 0,32 persen ke 3.067,96.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: