Singapura (ANTARA News) - Harga minyak bervariasi di perdagangan Asia pada Senin, di tengah harapan bahwa harga segera bisa mencapai 100 dolar AS per barel, kata analis.
Kontrak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Februari, berkurang 36 sen menjadi 91,18 dolar AS per barel sementara minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Maret dua sen lebih tinggi pada 98,40 dolar AS.
Optimisme tentang pemulihan ekonomi global dan minat dari investor yang bullish (bergairah) telah menjadi dua pendorong kembar lonjakan harga minyak mentah selama pekan lalu, kata analis.
"Minyak mentah berjangka cukup dekat dengan 100 dolar dan pedagang spekulatif umumnya telah bullish di pasar," kata Victor Shum, analis pada konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura.
"Ada banyak investor bertaruh pada percepatan pemulihan ekonomi global, dan jadi kita sudah mendapat harga-harga tinggi," katanya.
Kenaikan harga minyak dunia telah dikaitkan dengan musim dingin keras yang melanda Eropa dan bagian dari Amerika Utara, serta pertumbuhan di China dan negara-negara berkembang lainnya.
Harga minyak pertama kali menyentuh 100 dolar AS per barel pada Januari 2008 dan produsen minyak utama Iran, Minggu mengatakan, itu mungkin akan terjadi lagi, tapi mengesampingkan pertemuan darurat OPEC untuk membahas masalah tersebut.
"Harga 100 dolar tidak realistis dalam situasi ini," kata Menteri Minyak Iran Masoud Mirkazemi, yang saat ini memimpin kartel OPEC, kepada wartawan pada Minggu.
"Sekalipun jika harga minyak melewati 100 dolar AS per barel tidak perlu untuk pertemuan darurat OPEC. Beberapa anggota OPEC percaya tidak perlu pertemuan darurat bahkan jika minyak mencapai 110 atau 120 dolar AS per barel."
Iran adalah eksportir minyak mentah OPEC kedua terbesar, dan memegang cadangan gas terbesar kedua di dunia.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang menghasilkan 40 persen minyak mentah dunia, mengatakan spekulasi juga memicu kenaikan harga. (*)
AFP/A026/A023
Waw, Minyak "Brent" Dekati 100 Dolar
17 Januari 2011 15:42 WIB
ladang minyak (reuters)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: