Jakarta (ANTARA) - Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Prof. Ismunandar mengemukakan perlunya memperkuat diplomasi sains untuk mengatasi tantangan global bersama, termasuk pandemi COVID-19.

"Pada tingkat global, data yang akurat, dapat dipercaya, dan terbuka sangat penting bagi semua, dan karena ini kita telah menyaksikan kerja sama, dimulai dari berbagi urutan genetik, berbagi data, jumlah kasus serta kematian, data klinis hingga hasil publikasi riset yang terbuka," katanya dalam Kuliah Inaugurasi Anggota AIPI 2021 dengan tema "Sains dari Medan Merdeka" di Jakarta, Selasa.

Ismunandar yang merupakan anggota AIPI sejak 1 Desember 2020 itu, menuturkan lewat pandemi COVID-19, komunitas ilmiah bersama mengatasi masalah itu dan belajar pentingnya multidisiplin dan transdisiplin serta memegang nilai-nilai sains yang bisa memberikan solusi atau jawaban atas suatu masalah.

"Kita berharap pandemi yang masih menyelimuti kita ini akan menjadi suatu batu loncatan atau pendorong kuat bagi kita semua ke depan semakin besar aksi multilateral kita, aksi solidaritas sosial kita, dan fokus pada masalah-masalah global," ujarnya.

Pria kelahiran Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah pada 9 Juni 1970 itu, mengatakan tiga hal penting terkait dengan diplomasi sains, yakni sains dalam diplomasi, diplomasi untuk sains, dan sains untuk diplomasi.

Sains dalam diplomasi berarti sains memberikan dukungan dengan masukan saintifik untuk melakukan diplomasi. Dalam diplomasi untuk sains, diplomasi memfasilitasi kerja sama saintifik internasional, sedangkan sains untuk diplomasi bermakna menggunakan sains untuk meningkatkan kerja sama internasional.

Ismunandar yang menyelesaikan postdoctoral di Institute of Materials Science, University of Tsukuba di Jepang dan di The School of Chemistry, University of Sydney di Australia itu, menuturkan diplomasi sains berguna untuk kepentingan nasional, kepentingan lintas batas, dan kepentingan global.

Ia mengatakan hal yang perlu dilanjutkan di masa mendatang melalui diplomasi sains adalah bagaimana bisa bekerja dengan baik antardisplin ilmu dan memastikan seluruh spektrum disiplin ilmu terlibat mendorong kefasihan dwibahasa antara saintis dan diplomat serta memberdayakan saintis dalam menjawab tujuan pembangunan berkelanjutan.

Baca juga: Diaspora Indonesia di Inggris kampanyekan diplomasi sains

Selain itu, bekerja sama antarpemangku kepentingan utama dalam diplomasi, yaitu politikus yang akan membuat dan mengimplementasikan kebijakan, saintis yang memberikan masukan kepada politikus terhadap solusi teknis yang telah ada, solusi teknis hasil sintesis, atau solusi teknis yang memang masih harus dicari dan ditemukan.

Saintis dan akademi ilmu pengetahuan berperan penting memberikan saran dan sintesis terhadap solusi-solusi yang ada atau bahkan memberikan pernyataan terkait dengan masih perlunya mencari solusi untuk bisa menjawab suatu persoalan tertentu.

Tetapi untuk masalah-masalah global, Ismunandar menuturkan peran diplomat penting untuk mendorong semua negara untuk bekerja sama.

Menurut dia, ilmuwan dan diplomat Indonesia selama ini telah banyak melakukan diplomasi sains dalam berbagai forum, namun masih perlu penguatan terlebih dengan tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan sains dan inovasi sebagai basis ekonomi di tengah masih terbatasnya kapasitas sains dan inovasi Indonesia.

"Demikian juga, tekad bangsa kita untuk menjadikan ekonomi hijau dan ekonomi biru sebagai basis dari perekonomian kita, padahal kekayaan alam kita masih banyak yang belum terpetakan, bagaimana kita melakukan diplomasi sains untuk mengatasi ini semua," tuturnya.

Terkait dengan peningkatan kefasihan dua arah sains dan diplomat, berbagai akademi sains di dunia juga telah melakukan pelatihan-pelatihan dan membuat ajang bertemunya para saintis dan diplomat yang mempunyai minat dan tugas untuk melakukan diplomasi sains.

"Dalam perumusan strategi diplomasi sains nasional serta upaya pengembangan profesional ini, kiranya AIPI ke depan dapat berperan juga," kata Ismunandar.

Baca juga: LIPI dorong diplomasi sains merespons krisis kesehatan global
Baca juga: AIPI: BRIN berperan sebagai lembaga pendana riset dan inovasi
Baca juga: AIPI: Konsep Merdeka Belajar tepat untuk kondisi pendidikan saat ini