Peneliti muda Sumsel lahirkan dokumen Peta Jalan Gambut Lestari
27 September 2021 20:24 WIB
Peneliti yang tergabung dalam Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG) Sumsel, Senin (27/9/2021) menyerahkan cenderamata kepada perwakilan Pemkab Banyuasin di Banyuasin, Sumatera Selatan (27/9/21). (FOTO ANTARA/HO-ICRAF)
Palembang (ANTARA) - Sebanyak 50 peneliti muda dari beragam latar belakang pendidikan di Sumatera Selatan melahirkan dokumen Peta Jalan Gambut Lestari yang dapat dijadikan masukan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan.
Koordinator Program Peat-IMPACTS Indonesia Feri Johana di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin mengatakan, para peneliti yang tergabung dalam komunitas Peneliti Muda Gambut (PMG) Sumsel ini melakukan kajian lapangan di 34 desa Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
“Peat IMPACTS telah mengikutsertakan 50 putra-putri terbaik Sumatera Selatan ke dalam program Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG),” katanya dalam Lokakarya Menuju Desa Gambut Lestari.
Dalam kegiatan lokakarya yang diselenggarakan ICRAF Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Banyuasin ini disampaikan mengenai rangkuman Peta Jalan Gambut Lestari tersebut.
Ia mengatakan di dalam IPMG, generasi muda Sumsel diajak untuk melakukan penggalian informasi dan penyusunan Peta Jalan Gambut Lestari di 34 desa yang berada dalam ekosistem gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin.
Selama kurang lebih tiga bulan, kata dia, para peneliti muda ini menjalankan kegiatan lapangan untuk menghasilkan gambaran atau profil dari masing-masing desa yang menjadi objek penelitian.
Berbagai temuan dan rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan itu, katanya, tetap perlu dikoreksi dari berbagai pihak agar peta jalan pengelolaan gambut ini agar dokumen ini bisa menjadi strategi di masa datang.
Dikemukakan bahwa peta jalan ini diharapkan menjadi milik masyarakat masing- masing desa dan diharapkan menjadi bagian penting dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan berbagai musyawarah pembangunan desa yang lain.
Peta Jalan Gambut Lestari, katanya, merupakan kumpulan data, informasi dan analisa yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pengelolaan dan restorasi gambut pada desa-desa di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Saleh-Sugihan dan Sugihan-Sungai Lumpur.
Proses penyusunan, katanya, dilaksanakan secara bertahap dan melibatkan berbagai pihak di desa, melalui wawancara, survei rumah tangga, maupun diskusi kelompok terpumpun. Analisis data kemudian dilakukan di tingkat desa.
Dokumen Peta Jalan Gambut Lestari tersebut, kata dia, disusun dengan alat bantu ALLIR (Assessment of Livelihoods and Landscapes to Increase Resilience) atau ‘Penilaian Modal Penghidupan dan Bentang Lahan untuk Meningkatkan Resiliensi’.
Ia menjelaskan susunan dokumen Peta Jalan Gambut Lestari terbagi menjadi empat bagian. Pertama, membahas mengenai karakteristik penghidupan desa di lahan gambut Sumsel.
Kedua, menjabarkan strategi peningkatan penghidupan berkelanjutan masyarakat pada kawasan hidrologis gambut. Ketiga, peta jalan peningkatan penghidupan berkelanjutan yang terdiri dari opsi intervensi, kelembagaan, faktor pemungkin, dan perubahan perilaku dalam menuju desa gambut yang lestari.
Keempat, menurut Feri Johana. merupakan bagian penutup berupa ringkasan dari masing-masing bab yang telah dijabarkan sebelumnya
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Banyuasin Roni Utama mengatakan pemkab mendorong desa dan kepala desa terlibat dalam program pengelolaan gambut agar dapat mengintegrasikannya ke dalam program pembangunan desa baik kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa.
“Dokumen yang telah disusun ini diharapkan dapat juga memperkaya informasi dan memperluas pandangan pemangku kepentingan dan masyarakat desa terhadap berbagai opsi penghidupan lestari di dalam ekosistem gambut,” katanya.
Baca juga: Anggota DPR apresiasi program revitalisasi ekonomi BRGM di Sumsel
Baca juga: Suaka Margasatwa Padang Sugihan ditanami tumbuhan vegetasi gambut lagi
Baca juga: Kerajinan purun lahan gambut Sumsel dikembangkan Eco Fesyen Indonesia
Baca juga: Walhi Sumsel dukung pemanfaatan gambut untuk produksi pangan
Koordinator Program Peat-IMPACTS Indonesia Feri Johana di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin mengatakan, para peneliti yang tergabung dalam komunitas Peneliti Muda Gambut (PMG) Sumsel ini melakukan kajian lapangan di 34 desa Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
“Peat IMPACTS telah mengikutsertakan 50 putra-putri terbaik Sumatera Selatan ke dalam program Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG),” katanya dalam Lokakarya Menuju Desa Gambut Lestari.
Dalam kegiatan lokakarya yang diselenggarakan ICRAF Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Banyuasin ini disampaikan mengenai rangkuman Peta Jalan Gambut Lestari tersebut.
Ia mengatakan di dalam IPMG, generasi muda Sumsel diajak untuk melakukan penggalian informasi dan penyusunan Peta Jalan Gambut Lestari di 34 desa yang berada dalam ekosistem gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin.
Selama kurang lebih tiga bulan, kata dia, para peneliti muda ini menjalankan kegiatan lapangan untuk menghasilkan gambaran atau profil dari masing-masing desa yang menjadi objek penelitian.
Berbagai temuan dan rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan itu, katanya, tetap perlu dikoreksi dari berbagai pihak agar peta jalan pengelolaan gambut ini agar dokumen ini bisa menjadi strategi di masa datang.
Dikemukakan bahwa peta jalan ini diharapkan menjadi milik masyarakat masing- masing desa dan diharapkan menjadi bagian penting dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan berbagai musyawarah pembangunan desa yang lain.
Peta Jalan Gambut Lestari, katanya, merupakan kumpulan data, informasi dan analisa yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pengelolaan dan restorasi gambut pada desa-desa di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Saleh-Sugihan dan Sugihan-Sungai Lumpur.
Proses penyusunan, katanya, dilaksanakan secara bertahap dan melibatkan berbagai pihak di desa, melalui wawancara, survei rumah tangga, maupun diskusi kelompok terpumpun. Analisis data kemudian dilakukan di tingkat desa.
Dokumen Peta Jalan Gambut Lestari tersebut, kata dia, disusun dengan alat bantu ALLIR (Assessment of Livelihoods and Landscapes to Increase Resilience) atau ‘Penilaian Modal Penghidupan dan Bentang Lahan untuk Meningkatkan Resiliensi’.
Ia menjelaskan susunan dokumen Peta Jalan Gambut Lestari terbagi menjadi empat bagian. Pertama, membahas mengenai karakteristik penghidupan desa di lahan gambut Sumsel.
Kedua, menjabarkan strategi peningkatan penghidupan berkelanjutan masyarakat pada kawasan hidrologis gambut. Ketiga, peta jalan peningkatan penghidupan berkelanjutan yang terdiri dari opsi intervensi, kelembagaan, faktor pemungkin, dan perubahan perilaku dalam menuju desa gambut yang lestari.
Keempat, menurut Feri Johana. merupakan bagian penutup berupa ringkasan dari masing-masing bab yang telah dijabarkan sebelumnya
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Banyuasin Roni Utama mengatakan pemkab mendorong desa dan kepala desa terlibat dalam program pengelolaan gambut agar dapat mengintegrasikannya ke dalam program pembangunan desa baik kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa.
“Dokumen yang telah disusun ini diharapkan dapat juga memperkaya informasi dan memperluas pandangan pemangku kepentingan dan masyarakat desa terhadap berbagai opsi penghidupan lestari di dalam ekosistem gambut,” katanya.
Baca juga: Anggota DPR apresiasi program revitalisasi ekonomi BRGM di Sumsel
Baca juga: Suaka Margasatwa Padang Sugihan ditanami tumbuhan vegetasi gambut lagi
Baca juga: Kerajinan purun lahan gambut Sumsel dikembangkan Eco Fesyen Indonesia
Baca juga: Walhi Sumsel dukung pemanfaatan gambut untuk produksi pangan
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: