Jakarta (ANTARA) - Di tengah situasi pandemi COVID-19, Museum Anak Bajang tetap gelar Festival Anak Bajang secara hybrid di Omah Petroek, Wonorejo, Sleman, DI Yogyakarta.

Festival tersebut terdiri dari enam rangkaian acara seperti peresmian Museum Anak Bajang, perayaan 40 tahun novel "Anak Bajang Menggiring Angin" karya Sindhunata sekaligus peluncuran edisi cetak ulang terbaru, peluncuran cerita bersambung "Anak Bajang Mengayun Bulan" di harian Kompas, serta pembukaan pameran lukisan "Sukarsono".

Tak hanya itu, Festival Anak Bajang juga turut menampilkan pertunjukan wayang kulit "Sumantri Ngêngêr” oleh Ki Purwoko dan pentas Sanggar Tari Bambang Paningron.

Baca juga: Disbud DKI selenggarakan pameran kain tradisional motif fauna

"Tentu tempat ini luar biasa sangat mengesankan. Bayangan umum itu bahwa museum biasanya di gedung yang besar, dingin, sangat tertutup dan juga mungkin asing rasanya, berubah dengan adanya Museum Anak Bajang yang sangat intim, personal, hangat," kata DirJen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam diskusi daring, Senin.

Lebih lanjut, Hilmar juga mengatakan bahwa dibukanya Museum Anak Bajang ini juga merupakan kontribusi untuk merawat dan memastikan kesehatan mental selama masa pandemi COVID-19, sehingga masyarakat tetap sehat dan memiliki imunitas yang kuat.

"Kita sebagai masyarakat setelah menghadapi cobaan yang sangat berat ini, saya kira salah satu dimensi yang sangat penting dan masih kurang dapat perhatian adalah kesehatan mental. Kita banyak membicarakan tentang vaksin dan sebagainya, sementara yang kita perlukan adalah vaksin kultural," kata Hilmar.

"Museum Bajang kontribusinya akan besar sekali untuk merawat dan memastikan ya kita selamat dengan akal yang sehat dan kuat," lanjutnya.

Rhoma Dwi Aria selaku Kepala Museum Anak Bajang mengatakan bahwa festival ini juga mengajak semua pihak untuk tetap menyebarkan optimisme. Sebab menurutnya, di tengah pandemi ini jurnalistik menjadi ujung tombak penyebaran harapan dan keceriaan.

”Festival Anak Bajang menghadirkan sosok ’Anak Bajang’ sebagai sumber belajar. Belajar untuk menerima keadaan, belajar hidup sederhana, belajar untuk bersolidaritas, dan terus memberi meski keadaan terbatas. Festival ini merupakan langkah awal Museum Anak Bajang dalam mendukung program Merdeka Belajar yang dicanangkan Kemendikbudristek,” kata Rhoma.

Baca juga: Bupati Bener Meriah Aceh terpukau Museum Rasulullah di Probolinggo

Baca juga: Galeri Nasional dan Museum Nasional gelar acara virtual