Pengamat: Investor nantikan ekspansi bisnis holding ultra mikro BRI
27 September 2021 08:47 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) didampingi oleh Direktur PNM Arief Mulyadi saat berdialog dengan para nasabah PNM yang mengikuti kelas pelatihan kerajinan Kelom Geulis atau Sendal Bakiak di Kelurahan Panyingkiran, Indihiang, Tasikmalaya. ANTARA/HO-PNM.
Jakarta (ANTARA) - Investor di pasar modal menunggu kiprah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai induk holding ultra mikro BUMN terutama setelah RUPSLB BRI menyetujui aksi korporasi right issue saham BBRI dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
“Holding ultra mikro BUMN ini dapat berpengaruh kepada perkembangan pasar modal dan khususnya dunia keuangan perbankan, serta menciptakan ekosistem pembiayaan yang besar dan menjadi pioner pembiayaan untuk pengembangan UMKM di Indonesia,” kata pengamat pasar modal Reza Priyambada dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Rights issue sebagai bagian dari pembentukan holding yang melibatkan BRI dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) ini diharapkan dapat memperluas pendanaan bagi UMKM yang lebih cepat dan murah.
Ia menilai, momentum tersebut menjadi peluang besar bagi bank berkode saham BBRI itu untuk melakukan diversifikasi bisnis, sekaligus ekspansi pasar yang lebih masif di sektor pembiayaan segmen mikro.
“BRI akan memiliki modal lebih kuat, potensi pengembangan bisnis lebih kuat. Tentunya yang akan diperhatikan pelaku pasar ialah akselerasi dari strategi pertumbuhan setelah adanya penggabungan para entitas tersebut,” ujar Reza.
Dari sisi lain, ia optimis penerbitan saham baru (rights issue) yang segera digelar BRI akan mendapatkan sambutan positif dari pasar. Dia memproyeksikan, jika mengacu asumsi 90 hari ke belakang, maka harga pelaksanaan rights issue berada di kisaran Rp 3.900.
Adapun tren positif itu menurutnya akan terus berlanjut setelah holding ketiga perusahaan pelat merah itu berjalan efektif. Saham BBRI akan terakselerasi dengan cepat, bahkan memungkinkan mencetak rekor di atas Rp 6.000.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mangatakan, pasar pembiayaan segmen mikro masih terbuka lebar. Pasalnya terdapat sebanyak 91,3 juta orang Indonesia yang sebagian adalah pengusaha mikro masih unbankable atau tidak mendapat layanan lembaga keuangan formal.
"Jika seluruh hasil right issue BRI atau holding ultra mikro digunakan untuk memberdayakan usaha ultra mikro, maka efeknya serapan tenaga kerja dan rasio wirausaha akan meningkat," ujar Bhima.
Sementara itu, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menambahkan holding tersebut memiliki potensi yang menjanjikan karena BRI, Pegadaian, dan PMN bisa berkolaborasi untuk memenuhi pendanaan ultra mikro. “Tidak ada persaingan karena satu holding bakal menaikkan margin dan membuat pendanaan lebih efektif,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, holding ultramikro akan memberikan berbagai kemudahan dan biaya pinjaman dana yang lebih murah dengan jangkauan yang lebih luas, pendalaman layanan, dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.
"Ketika pemerintah berbicara tentang Indonesia Maju, maka di dalamnya ada kemajuan segmen ultramikro, melalui penguatan ketahanan ekonomi dan pertumbuhan berkualitas, mengurangi kesenjangan, dan meningkatkan kualitas SDM terutama pengusaha Ultra Mikro dengan pemberdayaan melalui holding ini," ucap Erick.
Ia menekankan, hadirnya holding dapat memperkuat model bisnis perseroan masing-masing. BRI, Pegadaian dan PNM akan saling melengkapi memberikan layanan keuangan yang terintegrasi untuk keberlanjutan pemberdayaan usaha ultra mikro.
“Holding ultra mikro BUMN ini dapat berpengaruh kepada perkembangan pasar modal dan khususnya dunia keuangan perbankan, serta menciptakan ekosistem pembiayaan yang besar dan menjadi pioner pembiayaan untuk pengembangan UMKM di Indonesia,” kata pengamat pasar modal Reza Priyambada dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Rights issue sebagai bagian dari pembentukan holding yang melibatkan BRI dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) ini diharapkan dapat memperluas pendanaan bagi UMKM yang lebih cepat dan murah.
Ia menilai, momentum tersebut menjadi peluang besar bagi bank berkode saham BBRI itu untuk melakukan diversifikasi bisnis, sekaligus ekspansi pasar yang lebih masif di sektor pembiayaan segmen mikro.
“BRI akan memiliki modal lebih kuat, potensi pengembangan bisnis lebih kuat. Tentunya yang akan diperhatikan pelaku pasar ialah akselerasi dari strategi pertumbuhan setelah adanya penggabungan para entitas tersebut,” ujar Reza.
Dari sisi lain, ia optimis penerbitan saham baru (rights issue) yang segera digelar BRI akan mendapatkan sambutan positif dari pasar. Dia memproyeksikan, jika mengacu asumsi 90 hari ke belakang, maka harga pelaksanaan rights issue berada di kisaran Rp 3.900.
Adapun tren positif itu menurutnya akan terus berlanjut setelah holding ketiga perusahaan pelat merah itu berjalan efektif. Saham BBRI akan terakselerasi dengan cepat, bahkan memungkinkan mencetak rekor di atas Rp 6.000.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mangatakan, pasar pembiayaan segmen mikro masih terbuka lebar. Pasalnya terdapat sebanyak 91,3 juta orang Indonesia yang sebagian adalah pengusaha mikro masih unbankable atau tidak mendapat layanan lembaga keuangan formal.
"Jika seluruh hasil right issue BRI atau holding ultra mikro digunakan untuk memberdayakan usaha ultra mikro, maka efeknya serapan tenaga kerja dan rasio wirausaha akan meningkat," ujar Bhima.
Sementara itu, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menambahkan holding tersebut memiliki potensi yang menjanjikan karena BRI, Pegadaian, dan PMN bisa berkolaborasi untuk memenuhi pendanaan ultra mikro. “Tidak ada persaingan karena satu holding bakal menaikkan margin dan membuat pendanaan lebih efektif,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, holding ultramikro akan memberikan berbagai kemudahan dan biaya pinjaman dana yang lebih murah dengan jangkauan yang lebih luas, pendalaman layanan, dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.
"Ketika pemerintah berbicara tentang Indonesia Maju, maka di dalamnya ada kemajuan segmen ultramikro, melalui penguatan ketahanan ekonomi dan pertumbuhan berkualitas, mengurangi kesenjangan, dan meningkatkan kualitas SDM terutama pengusaha Ultra Mikro dengan pemberdayaan melalui holding ini," ucap Erick.
Ia menekankan, hadirnya holding dapat memperkuat model bisnis perseroan masing-masing. BRI, Pegadaian dan PNM akan saling melengkapi memberikan layanan keuangan yang terintegrasi untuk keberlanjutan pemberdayaan usaha ultra mikro.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: