Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia dalam proyeksi ekonomi global menjelaskan, Indonesia saat ini diuntungkan dengan arus masuk modal internasional dan harga komoditas yang meningkat pada 2011, namun juga harus menghadapi tantangan untuk mengelola risiko modal tersebut.

Peningkatan dari arus modal internasional memperkuat pemulihan di kebanyakan negara berkembang, namun arus berlebihan dapat berisiko dan mengancam pemulihan jangka panjang, ujar Direktur Prospek Pembangunan Bank Dunia (World Bank), Hans Timmer dalam telekonferensi di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu menarik arus modal selain Korea, apalagi prospek pertumbuhan di dua negara ini sangat baik dan cenderung menguat.

"Indonesia masih menarik bagi masuknya arus modal portofolio yang cukup tinggi, apalagi secara fundamental perekonomian Indonesia masih kuat," ujarnya.

Namun, ia menambahkan, arus masuk tersebut kebanyakan belum masuk dalam investasi jangka panjang dan meningkatkan risiko ekonomi makro serta menambah kekhawatiran pemerintah untuk membuat kebijakan.

"Arus masuk membawa keuntungan seperti biaya pembiayaan yang lebih rendah, namun juga meningkatkan ekonomi makro dan kekhawatiran kebijakan yang bijaksana. Tantangannya adalah mengubah arus masuk ini menjadi investasi jangka panjang," ujar Hans Timmer.

Dua prioritas kebijakan jangka menengah yang dapat dilakukan adalah meningkatkan aliran masuk Penanaman Modal Asing yang berjangka lebih panjang dan memperkuat sistem keuangan melalui upaya kelembagaan serta kehati-hatian makro untuk memangkas kerentanan.

Hans menambahkan, dalam prospek tersebut pada 2011 perekonomian dunia akan beralih dari fase pemulihan pasca krisis menuju pertumbuhan yang kuat meski berlangsung secara perlahan dengan separuh pertumbuhan global berasal dari negara berkembang.

"Bagi kebanyakan negara berkembang, pertumbuhan akan kembali pada tingkatan yang sukses andai tidak terjadi siklus naik dan turunnya dinamika ekonomi," ujarnya.

Untuk 2011, ia memprediksi pertumbuhan Indonesia mencapai 6,2 persen dan belum berubah dari prediksi sebelumnya pada laporan triwulan September lalu.

"Indonesia akan tumbuh sebesar 5,9 persen pada 2010, 6,2 persen pada 2011 dan 6,5 persen pada 2012," ujarnya.

Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia, Enrique Blanco Armas, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai angka 7 persen lebih cepat, apabila pemerintah melakukan reformasi secara menyeluruh pada berbagai bidang termasuk pembenahan infrastruktur.

"Angka pertumbuhan 6,4 persen pada 2011 yang ditargetkan pemerintah merupakan angka yang bagus, kalau tidak mau dikatakan pesimistis. Tapi, infrastruktur harus dibenahi, apabila Indonesia mau menjadi pasar potensial," ujarnya.

Secara keseluruhan, Bank Dunia mencatat Asia Timur dan Pasifik memimpin pemulihan global dengan pertumbuhan PDB diperkirakan mencapai 9,3 persen untuk 2010.

Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan PDB China yang diperkirakan mencapai 10 persen dan impor meningkat 35 persen, sedang pertumbuhan output untuk negara-negara lain di kawasan ini juga cukup kuat pada angka 6,8 persen.

Kebijakan moneter yang kurang ketat di negara-negara berpenghasilan tinggi mendorong arus masuk modal, dengan pasar ekuitas Thailand dan Indonesia meningkat lebih dari 20 persen sejak Januari 2010.

Arus masuk ini telah meningkatkan nilai mata uang lokal, walaupun ada upaya "offsetting" seperti akumulasi devisa dan penyesuaian lainnya.

Dengan melambatnya pemulihan global di negara-negara maju, pertumbuhan GDP diperkirakan akan melambat, namun tetap kuat di angka 8 persen pada 2011 dan 7,8 persen pada 2012.
(T.S034/S004/P003)