Jakarta (ANTARA) - Hasil survei The Iconomics kepada 300 responden publik menyatakan hanya 19 persen yang pernah menggunakan quick response code (QR).

“Sebanyak 93 persen tahun tentang QR dan 81 persen bersedia menggunakannya, namun hanya 19 persen yang pernah menggunakan QR,” kata Director of Brand, Research & Strategy The Iconomics Alex Mulya dalam Webinar Implementasi Transaksi Pembayaran Digital melalui QRIS bagi UMKM, Jumat.

Alex mengatakan berdasarkan hasil survei sebanyak 85 persen responden merasa penggunaan QR tidak mudah dan 70 persennya merasa QR is not for people like them (bukan untuk pengguna seperti mereka).

“Mungkin merasa QR itu untuk orang yang canggih ya. Nah ini yang mungkin perlu dicermati oleh para pelaku usaha untuk semakin bisa mendorong QR dan masuk ke early majority,” ujar Alex.

Ia mengungkapkan bahwa responden merasa penggunaan QR tidak praktis karena jika menggunakan mobile banking harus memasukkan 2 buah password, yakni password mobile banking dan password transaksi.

“Ini komentar dari banyak responden ya, belum lagi masalah jaringan internet,” tutur Alex.

Sedangkan untuk faktor keamanan, sebanyak 77 persen responden The Iconomics merasa QR aman. Terlebih dengan kehadiran QR Indonesia Standar (QRIS) yang menjadi standarisasi dari metode pembayaran via QR.

Untuk mendorong penggunaan QR menjadi early majority atau mayoritas awal, seperti pengguna internet atau online banking dengan lebih dari 50 persen populasi telah menjadi pengguna, Alex menyarankan perbankan nasional turut aktif mensosialisasikan penggunaan QR.

“Peran bank-bank populer yang use by everybody (setiap orang) tentunya akan semakin membantu bahwa QR itu digunakan oleh orang biasa,” kata dia.

Baca juga: BI: Tiga bank Indonesia awali setelmen QR antarnegara dengan Thailand
Baca juga: DKI percepat pembuatan kode QR untuk tempat usaha
Baca juga: Pengelola Pantai Legian-Bali luncurkan sistem QR Code bagi wisatawan