Jakarta (ANTARA News) - Wakil Sekretaris Jenderal PPP, M Romahurmuziy, menegaskan bahwa pihaknya menolak diakuisisi oleh Partai Demokrat dan mengecam pernyataan Ketua Fraksi Partai Demokrat Ja`far Hafsah.
"Karena PPP disebut-sebut sebagai contoh yang akan diakuisisi dalam statement ketua FPD Ja`far Hafsah yang dilansir detik.com, kami tegaskan DPP PPP menolak keinginan akuisisi dan menegaskan tidak pernah ada negosiasi dan pembicaraan apa pun terkait igauan pak Ja`far," katanya dalam surat elektronik yang diterima ANTARA, Senin.
Ia mengatakan, pernyataan Ketua Fraksi FPD yang menyebut PPP sebagai salah satu contoh yang akan diakuisisi menunjukkan sikap arogansi FPD.
"Pernyataan tersebut menunjukkan sebagian elite PD mengidap megalomania, akibat kegagalan menjalani diri dalam pendewasaan politik," katanya.
Ia menambahkan, pernyataan tersebut juga menunjukkan motif keinginan menaikkan parliamentary threshold oleh FPD.
"Pernyataan tidak etis ini sekaligus membuka motif sesungguhnya di balik usulan kenaikan PT atau penambahan jumlah daerah pemilihan (dapil). Bahwa ternyata usulan tersebut semata-mata untuk mendapatkan kursi secara gratisan. Ini yang saya sebut watak oportunis dalam politik, memanipulasi peraturan utk kepentingan diri dan kelompoknya, " katanya.
Ia menilai perilaku oportunis tersebut karena partai Partai Demokrat merupakan partai baru yang belum berjuang keras untuk menang.
"Waktu PDIP mendapatkan 33 persen, yaitu 1,5 kali lipat dari PD pada Pemilu 1999, pikiran-pikiran oportunis seperti ini tidak pernah ada karena bagi partai-partai yang memiliki tradisi panjang seperti itu, sebagaimana halnya PPP, kemenangan hanya bisa diraih dengan kerja keras, bukan ngakali," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa perilaku FPD tersebut akan mendorong penguatan partai-partai tengah. "Jika tidak dihentikan, keinginan PD ini bisa menjadi trigger merapatnya bangunan komunikasi intensif diantara partai-partai tengah," katanya.
(J008/H-KWR/S026)
PPP "Ogah" Diakusisi Demokrat
10 Januari 2011 20:34 WIB
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
Tags: