Washington (ANTARA) - Amerika Serikat pada Rabu berjanji untuk membeli lagi 500 juta dosis vaksin COVID-19 untuk disumbangkan ke negara lain setelah mendapat tekanan untuk berbagi pasokannya ke seluruh dunia.

Gedung Putih menjadi tuan rumah pertemuan puncak virtual yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat vaksinasi global.

Pemerintahan Presiden Joe Biden ingin menunjukkan bahwa dia memimpin dengan memberi contoh.

"Untuk mengalahkan pandemi di sini, kita harus mengalahkannya di mana-mana," kata Biden, memulai KTT, yang diikuti para pemimpin dari Kanada, Indonesia, Afrika Selatan dan Inggris, serta kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Baca juga: AS diyakini akan izinkan vaksin Pfizer untuk anak usia 5-11 tahun

"Ini merupakan krisis," katanya tentang pandemi yang melanda sejak awal 2020, menewaskan sedikitnya 4.913.000 orang.

Vaksin tambahan membuat sumbangan AS ke seluruh dunia menjadi lebih dari 1,1 miliar dosis, jauh dari 5 miliar hingga 6 miliar dosis yang menurut para ahli kesehatan global dibutuhkan oleh negara-negara miskin.

Vaksin dari Pfizer Inc dan BioNTech SE akan dibuat di Amerika Serikat dan dikirim ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah mulai Januari, kata pejabat senior AS menjelang pengumuman tersebut.

"Ini adalah komitmen besar AS. Bahkan untuk setiap satu dosis vaksin yang kami berikan di negara ini hingga saat ini, kami sekarang menyumbangkan tiga dosis vaksin ke negara lain," kata pejabat itu kepada wartawan.

Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan pemerintah akan membayar sekitar 7 dolar AS atau Rp99 ribu per dosis.

Pada Juni, pemerintahan Biden setuju untuk membeli dan menyumbangkan 500 juta dosis vaksin.

Baca juga: Partai Republik di Kongres AS serang mandat vaksinasi Biden

Berdasarkan ketentuan kontrak itu, Amerika Serikat akan membayar Pfizer dan BioNTech sekitar 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp49 triliun untuk vaksin COVID-19.

Amerika Serikat juga mendapat kecaman karena merencanakan suntikan penguat (booster) untuk orang Amerika yang divaksin penuh sementara jutaan orang di seluruh dunia masih tidak memiliki akses ke vaksin yang menyelamatkan jiwa.

Fasilitas COVAX, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI), mengirimkan lebih dari 286 juta dosis vaksin COVID-19 ke 141 negara, menurut data GAVI.

Pada September, organisasi yang menjalankan fasilitas tersebut harus memangkas target pengiriman 2021 mereka hampir 30 persen menjadi 1,425 miliar dosis.

Tingkat vaksinasi di beberapa negara, termasuk Haiti dan Republik Demokratik Kongo, kurang dari 1 persen, menurut Reuters

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menegur para pemimpin dunia karena distribusi vaksin COVID-19 yang tidak adil.

"Penundaan vaksinasi berarti populasi global akan "terkena varian baru yang menyerang kita dengan keganasan yang lebih besar," kata Presiden Kolombia Ivan Duque, Rabu.

"Kekebalan global membutuhkan solidaritas, jadi penimbunan tidak boleh terjadi di saat orang lain membutuhkan vaksin," kata Duque.

Sumber : Reuters

Baca juga: Indonesia kembali terima donasi vaksin dari AS, Prancis
Baca juga: Tentara AD AS yang menolak vaksin bisa dipecat