Jakarta (ANTARA News) - Menteri Budaya dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan, pihaknya menyiapkan strategi baru berupa empat jurus untuk mendukung perubahan slogan pariwisata 2011 "Wonderful Indonesia".

"Promosi lebih keras, anggaran digabung dengan swasta (untuk promosi), menjaga stabilitas keamanan tetap kondusif dan mengajak wartawan ke sejumlah tempat wisata," katanya menjawab pers usai membuka Pameran Foto Penggalangan Dana "Merapi Sahabatku" di Jakarta, Jumat.

Penegasan tersebut terkait dengan target mendatangkan wisatawan mancanegara 2011 melalui slogan tersebut sebesar 7,7 juta orang.

"Target tahun ini 7,7 juta. Tahun 2011, Januari sudah mulai `Wonderful Indonesia`. Kemarin kita sudah dapat respon dari teman luar negeri bahwa `Wonderful Indonesia` itu bagus karena memang Indonesia alamnya `wonderful`, budayanya `wonderful`, manusia, masyarakatnya `wonderful`, `food`-nya `wonderful`, jadi pantes Indonesia dibilang `wonderful`," katanya.

Bahkan, Jero menyebutkan slogan ini akan diluncurkan pertama kali pada forum Menteri Pariwisata ASEAN pada 17-18 Januari 2010 di Kamboja.

"Tanggal 17-18 Januari, saya akan ikut forum Asean Tourism Minister Forum di Kamboja. Di sana kita akan mulai umumkan pada dunia bahwa Indonesia akan berubah menjadi `Wonderful Indonesia`," katanya.

Pihaknya juga akan terus mempromosikan daerah tujuan wisata unggulan baru di Indonesia.

Sejumlah daerah unggulan wisata baru itu antara lain Sumtera Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Belitung, Batam-Bintan, hampir semua daerah wisata di Pulau Jawa, Bali, Lombok, NTB, Timor dengan Komodonya dan Papua.

Untuk Papua, katanya, di sana ada Sentani, Lembah Baliem dan Raja Ampat.

Selain itu, juga Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara (Wakatobi).

Ditanya apakah hal itu terkesan terlalu banyak dan tidak fokus, Jeru menegaskan bahwa semua daerah potensi wisatanya harus didorong untuk hidup dan diperuntukkan bagi wisawatan baik secara horizontal maupun vertikal.

"Turis itu senang macam-macam, ada turis suka pantai tenang dan ada juga yang suka ombak besar. Jadi, semua kita kembangkan," katanya.

Pangsa pasarnya, kata Jero, juga semuanya digarap mulai dari kelas bawah hingga elit. "Di Bali itu ada turis yang nginapnya semalam 2000-3000 dolar AS atau sekitar Rp20-30 juta, tapi ada juga yang kelasnya losmen isi empat orang. Itu pun ada pasarnya. Jadi, semua kita buka," katanya.


Dibalik bencana


Terkait dengan pameran foto Merapi tersebut, Jero menyatakan, filosofi bencana Gunung Merapi dan lainnya di Indonesia, tetap menawarkan keindahan yang luar biasa dan hal itu bisa menjadi potensi wisata.

"Gunung meletus seperti Merapi itu, waktu meletus saja, serem. Selebihnya keindahan yang diberikan, puluhan tahun bahkan abad," katanya.

Namun, ketika ada bencana seperti erupsi Merapi beberapa bulan lalu, bangsa Indonesia menunjukkan budaya aslinya seperti gotong royong.

"Kelihatan rukunnya, tak peduli partai atau lainnya, yang penting bersahabat, setia kawan, solider dan lainnya," katanya.

Hal itu juga menunjukkan karakter bahwa bangsa Indonesia tidak pernah menyerah.

"Ini budaya asli Indonesia," katanya.

Pameran tersebut menampilkan 14 foto kategori pemenang dan harapan, serta 16 foto kategori terbaik. Foto tersebut tidak hanya dipamerkan, tetapi juga dijual dengan harga foto pemenang Rp10 juta per foto dan pemenang harapan Rp7 juta dan foto terbaik Rp5 juta per foto.

Hasil penjualan pada pameran selama tiga hari di lobi Hotel Sahid tersebut, sebanyak 30 persen untuk fotografer dan 70 persen sisanya untuk disumbangkan ke korban Merapi.(*)
(T.E008/A035/R009)