Dirut BSI: Literasi keuangan dan perbankan syariah harus ditingkatkan
22 September 2021 17:55 WIB
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi dalam acara Penandatanganan MoA Program Strategic Sharia Banking Management (SSBM) secara daring di Jakarta, Rabu (22/9/2021). ANTARA/Agatha Olivia
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi mengatakan literasi keuangan dan perbankan syariah harus terus ditingkatkan, sehingga menjadi pekerjaan rumah Indonesia yang harus diselesaikan bersama-sama.
"Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi masyarakat terhadap keuangan dan perbankan syariah hanya mencapai kurang dari sembilan persen, jauh tertinggal dari literasi terhadap keuangan konvensional yang mencapai hampir 40 persen," ujar Hery dalam acara Penandatanganan MoA Program Strategic Sharia Banking Management (SSBM) secara daring di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, ia menyebutkan angka literasi tersebut menyebabkan inklusi keuangan syariah hanya berada di kisaran 9,1 persen, jauh tertinggal dari bank konvensional yang mencapai angka sebesar 76,2 persen.
Rendahnya tingkat literasi dan inklusi tersebut berdampak pada penetrasi pasar keuangan dan perbankan syariah Indonesia yang hanya di bawah tujuh persen, masih di bawah beberapa negara lain seperti Arab Saudi sebesar 63 persen, Brunei 57 persen, dan Malaysia 30 persen.
"Ini adalah sebuah tantangan yang cukup besar yang harus dijawab oleh kita semua selaku pemangku kepentingan dari ekonomi dan perbankan syariah di Indonesia dari semua negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia," tegas Herry.
Maka dari itu, BSI, menurut dia, sebagai salah satu pelaku industri perbankan syariah sekaligus market leader berinisiatif untuk bersinergi dan berkolaborasi melalui program SSBM.
Program ini merupakan salah satu upaya bersama dalam rangka meningkatkan literasi keuangan dan perbankan syariah bagi generasi muda, civitas akademika, dan masyarakat luas bersama lima universitas yang ada di Indonesia.
Baca juga: Erick Thohir ingin BSI bisa jadi "footprint" RI di berbagai negara
Baca juga: BSI raih penghargaan bank syariah terbaik
Baca juga: Bank Syariah Indonesia operasikan kantor cabang digital
"Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi masyarakat terhadap keuangan dan perbankan syariah hanya mencapai kurang dari sembilan persen, jauh tertinggal dari literasi terhadap keuangan konvensional yang mencapai hampir 40 persen," ujar Hery dalam acara Penandatanganan MoA Program Strategic Sharia Banking Management (SSBM) secara daring di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, ia menyebutkan angka literasi tersebut menyebabkan inklusi keuangan syariah hanya berada di kisaran 9,1 persen, jauh tertinggal dari bank konvensional yang mencapai angka sebesar 76,2 persen.
Rendahnya tingkat literasi dan inklusi tersebut berdampak pada penetrasi pasar keuangan dan perbankan syariah Indonesia yang hanya di bawah tujuh persen, masih di bawah beberapa negara lain seperti Arab Saudi sebesar 63 persen, Brunei 57 persen, dan Malaysia 30 persen.
"Ini adalah sebuah tantangan yang cukup besar yang harus dijawab oleh kita semua selaku pemangku kepentingan dari ekonomi dan perbankan syariah di Indonesia dari semua negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia," tegas Herry.
Maka dari itu, BSI, menurut dia, sebagai salah satu pelaku industri perbankan syariah sekaligus market leader berinisiatif untuk bersinergi dan berkolaborasi melalui program SSBM.
Program ini merupakan salah satu upaya bersama dalam rangka meningkatkan literasi keuangan dan perbankan syariah bagi generasi muda, civitas akademika, dan masyarakat luas bersama lima universitas yang ada di Indonesia.
Baca juga: Erick Thohir ingin BSI bisa jadi "footprint" RI di berbagai negara
Baca juga: BSI raih penghargaan bank syariah terbaik
Baca juga: Bank Syariah Indonesia operasikan kantor cabang digital
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: