BNPB bentuk 1.116 Desa Tangguh Bencana
22 September 2021 13:14 WIB
BPBD Sleman mengukuhkan Desa Tangguh Bencana Tlogoadi yang didahului dengan gladi lapang penanggulangan bencana. Foto Antara/HO-Humas Pemkab Sleman
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah membentuk 1.116 Desa Tangguh Bencana (Destana) dalam periode 2012-2020 untuk membentuk warga desa yang tanggap dan tangguh dalam menghadapi bencana.
"Pada 2012 hingga 2020, sudah 1.116 desa dari 74 ribuan desa dan sekitar 8 ribu kelurahan yang membentuk Destana/Keltana. Ini masih sangat jauh," kata Analis Kebijakan Ahli Muda Direktorat Kesiapsiagaan BNPB Hadi Sutrisno dalam webinar Strategi Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Sub-Urusan Bencana Melalui Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, ia mengharapkan kerja sama dari semua pihak, baik dari kementerian atau lembaga maupun organisasi dan masyarakat lainnya.
Baca juga: Lebih 53.000 desa berada di kawasan rawan bencana, sebut BNPB
Baca juga: NTB siapkan desa tangguh bencana di lingkar KEK Mandalika
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana/Keltana) adalah desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana jika terkena bencana.
Desa Tangguh Bencana tersebut terbentuk di 32 provinsi di Indonesia. Jawa Timur memiliki Destana terbanyak, yakni 178, diikuti Jawa Tengah sebanyak 133 Destana, dan Jawa Barat sebanyak 129 Destana.
Destana lainnya tersebar di sejumlah provinsi dengan rincian 84 Destana di Aceh, 21 di Bali, 80 di Banten, 14 di Bengkulu, 55 di DI Yogyakarta, 19 di Gorontalo, 22 di Jambi, 19 di Kalimantan Barat, 20 di Kalimantan Selatan, 18 di Kalimantan Tengah, 16 di Kalimantan Timur, dua di Kalimantan Utara, lima di Kepulauan Riau, dan 16 di Lampung.
Selanjutnya, 16 Destana di Maluku, 17 di Maluku Utara, 16 di Nusa Tenggara Barat, 23 di Nusa Tenggara Timur, 11 di Papua, delapan di Papua Barat, 16 di Riau, delapan di Sulawesi Barat, 18 di Sulawesi Selatan, 16 di Sulawesi Tengah, 16 di Sulawesi Tenggara, 42 di Sulawesi Utara, 45 di Sumatera Barat, 13 di Sumatera Selatan, dan 20 di Sumatera Utara.
Baca juga: Rote Ndao bentuk 23 desa tangguh bencana di perbatasan Australia
Hadi menuturkan tidak ada satu pun kabupaten/kota yang bebas dari ancaman bencana, sehingga pembentukan dan pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana sangat penting.
Ia mengatakan dari sekitar 83 ribuan desa dan kelurahan yang ada di Indonesia, lebih dari 53.000 desa atau kelurahan berada di daerah rawan bencana. Bencana menyebabkan banyak kerugian, antara lain korban jiwa dan kerusakan fasilitas.
"Ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk bisa menanggulanginya secara bersama-sama, sehingga perlu keterlibatan semua pihak untuk membangun dan mengembangkan lebih banyak Desa/Kelurahan Tangguh Bencana di seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
"Pada 2012 hingga 2020, sudah 1.116 desa dari 74 ribuan desa dan sekitar 8 ribu kelurahan yang membentuk Destana/Keltana. Ini masih sangat jauh," kata Analis Kebijakan Ahli Muda Direktorat Kesiapsiagaan BNPB Hadi Sutrisno dalam webinar Strategi Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Sub-Urusan Bencana Melalui Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, ia mengharapkan kerja sama dari semua pihak, baik dari kementerian atau lembaga maupun organisasi dan masyarakat lainnya.
Baca juga: Lebih 53.000 desa berada di kawasan rawan bencana, sebut BNPB
Baca juga: NTB siapkan desa tangguh bencana di lingkar KEK Mandalika
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana/Keltana) adalah desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana jika terkena bencana.
Desa Tangguh Bencana tersebut terbentuk di 32 provinsi di Indonesia. Jawa Timur memiliki Destana terbanyak, yakni 178, diikuti Jawa Tengah sebanyak 133 Destana, dan Jawa Barat sebanyak 129 Destana.
Destana lainnya tersebar di sejumlah provinsi dengan rincian 84 Destana di Aceh, 21 di Bali, 80 di Banten, 14 di Bengkulu, 55 di DI Yogyakarta, 19 di Gorontalo, 22 di Jambi, 19 di Kalimantan Barat, 20 di Kalimantan Selatan, 18 di Kalimantan Tengah, 16 di Kalimantan Timur, dua di Kalimantan Utara, lima di Kepulauan Riau, dan 16 di Lampung.
Selanjutnya, 16 Destana di Maluku, 17 di Maluku Utara, 16 di Nusa Tenggara Barat, 23 di Nusa Tenggara Timur, 11 di Papua, delapan di Papua Barat, 16 di Riau, delapan di Sulawesi Barat, 18 di Sulawesi Selatan, 16 di Sulawesi Tengah, 16 di Sulawesi Tenggara, 42 di Sulawesi Utara, 45 di Sumatera Barat, 13 di Sumatera Selatan, dan 20 di Sumatera Utara.
Baca juga: Rote Ndao bentuk 23 desa tangguh bencana di perbatasan Australia
Hadi menuturkan tidak ada satu pun kabupaten/kota yang bebas dari ancaman bencana, sehingga pembentukan dan pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana sangat penting.
Ia mengatakan dari sekitar 83 ribuan desa dan kelurahan yang ada di Indonesia, lebih dari 53.000 desa atau kelurahan berada di daerah rawan bencana. Bencana menyebabkan banyak kerugian, antara lain korban jiwa dan kerusakan fasilitas.
"Ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk bisa menanggulanginya secara bersama-sama, sehingga perlu keterlibatan semua pihak untuk membangun dan mengembangkan lebih banyak Desa/Kelurahan Tangguh Bencana di seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: