Akses digital pengaruhi masa depan ketimpangan di Indonesia
21 September 2021 16:25 WIB
Tangkapan layar - Peneliti ekonomi yang juga Pj. Dekan FEB UI Teguh Dartanto (panel kiri, baris kedua) dalam diskusi virtual. ANTARA/Prisca Triferna
Jakarta (ANTARA) - Peneliti ekonomi yang juga Pj. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto mengatakan pandemi dapat memperdalam ketimpangan di masyarakat terutama kelompok rentan akibat adanya perbedaan akses digital.
"Saya bisa menjelaskan fenomena sekarang ini, masa depan kemiskinan dan ketimpangan itu dengan pendekatan yang kita sebut digital divide, artinya ada ketimpangan di dalam akses dunia digital. Ini yang kenapa akan mempengaruhi masa depan ketimpangan dan kemiskinan di Indonesia," kata Teguh dalam diskusi virtual yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Teguh menjelaskan bahwa dalam ketimpangan digital tersebut, masyarakat dengan pendapatan tinggi akan dapa memanfaatkan internet untuk aktivitas yang produktif dengan jenis pekerjaan yang memungkinkan bekerja dari rumah.
Sementara bagi yang berpendapatan rendah karena kurangnya aset dan keterampilan kemungkinan besar tidak dapat bekerja akibat adanya pembatasan kegiatan karena pandemi serta memiliki akses yang tidak terlalu luas terhadap internet.
Hal itu berpengaruh terhadap kesempatan untuk bekerja dari rumah dan dapat berimplikasi kepada pendapatan dari masyarakat dengan upah rendah.
"Gapnya semakin tinggi, artinya ketimpangan semakin tinggi, kemiskinan juga semakin tinggi. Bedanya dengan krisis 98, kemiskinan naik tapi ketimpangan turun karena yang terkena adalah kelompok finansial," katanya.
Dia juga menyoroti implikasi dari akses internet yang tidak setara dalam kaitannya dengan kondisi saat ini yang dapat mengakibatkan siswa kehilangan kesempatan belajar.
Ketimpangan akses bagi kelompok rentan, khususnya yang masuk dalam kategori miskin, akan berpengaruh dalam jangka panjang.
"Pandemi memberikan impact ekonomi, kelompok rentan akan semakin rentan dan anak-anak kelompok rentan semakin rentan," tegasnya.
Baca juga: INFID: OMS berperan penting atasi ketimpangan gender digital
Baca juga: Sri Mulyani paparkan ketimpangan akibat belanja daerah belum optimal
Baca juga: Pemerintah optimalkan akses internet, jawab kebutuhan digitalisasi
"Saya bisa menjelaskan fenomena sekarang ini, masa depan kemiskinan dan ketimpangan itu dengan pendekatan yang kita sebut digital divide, artinya ada ketimpangan di dalam akses dunia digital. Ini yang kenapa akan mempengaruhi masa depan ketimpangan dan kemiskinan di Indonesia," kata Teguh dalam diskusi virtual yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Teguh menjelaskan bahwa dalam ketimpangan digital tersebut, masyarakat dengan pendapatan tinggi akan dapa memanfaatkan internet untuk aktivitas yang produktif dengan jenis pekerjaan yang memungkinkan bekerja dari rumah.
Sementara bagi yang berpendapatan rendah karena kurangnya aset dan keterampilan kemungkinan besar tidak dapat bekerja akibat adanya pembatasan kegiatan karena pandemi serta memiliki akses yang tidak terlalu luas terhadap internet.
Hal itu berpengaruh terhadap kesempatan untuk bekerja dari rumah dan dapat berimplikasi kepada pendapatan dari masyarakat dengan upah rendah.
"Gapnya semakin tinggi, artinya ketimpangan semakin tinggi, kemiskinan juga semakin tinggi. Bedanya dengan krisis 98, kemiskinan naik tapi ketimpangan turun karena yang terkena adalah kelompok finansial," katanya.
Dia juga menyoroti implikasi dari akses internet yang tidak setara dalam kaitannya dengan kondisi saat ini yang dapat mengakibatkan siswa kehilangan kesempatan belajar.
Ketimpangan akses bagi kelompok rentan, khususnya yang masuk dalam kategori miskin, akan berpengaruh dalam jangka panjang.
"Pandemi memberikan impact ekonomi, kelompok rentan akan semakin rentan dan anak-anak kelompok rentan semakin rentan," tegasnya.
Baca juga: INFID: OMS berperan penting atasi ketimpangan gender digital
Baca juga: Sri Mulyani paparkan ketimpangan akibat belanja daerah belum optimal
Baca juga: Pemerintah optimalkan akses internet, jawab kebutuhan digitalisasi
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: