Jakarta (ANTARA) - Program poros maritim dunia harus konsisten dalam memperkuat upaya perlindungan terhadap nelayan tradisional di berbagai daerah, serta harus menyebarluaskan nilai-nilai budaya kemaritiman nasional.

"Konsistensi agenda poros maritim dunia harusnya terlihat pada perlindungan yang semakin kuat kepada nelayan kecil," kata Ketua Harian Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Dani mencontohkan, poros maritim dunia harus selaras dengan melindungi akses wilayah tangkap nelayan kecil, memperkuat infrastruktur perikanan seperti tempat pelelangan ikan, BBM bersubsidi, perlengkapan keamanan melaut hingga penguatan kualitas dan promosi hasil olahan laut.

Ia berpendapat pola pikir pengelola bangsa harus melihat bahwa kekayaan maritim adalah modalitas utama bangsa ini di masa depan untuk menjadi bangsa besar, makmur, dan berkelanjutan.

"Kelemahan ini terlihat pada tidak konsistennya agenda-agenda pembangunan berbasis kelautan selama ini. Poros maritim dunia punya banyak dimensi, yaitu politik, keamanan, sosial, dan ekonomi. ke semua itu harus diurus dengan mind set baru, bukan hanya memindahkan model pembangunan berbasis daratan ke laut, yang telah menghasilkan kesenjangan ekonomi yang tajam," katanya.

Dani menegaskan poros maritim harus menghasilkan pendekatan pembangunan yang sama sekali baru, orientasi utama pada membangun nilai-nilai budaya maritim, penguatan SDM, penciptaan keadilan sosial dan keberlanjutan sumber daya.

Proses internalisasi itu, ujar dia, membutuhkan waktu dan proses yang dilakukan lewat proses pendidikan yang mencerahkan, riset-riset berkualitas dimajukan, serta sosialisasi yang terus digalakkan.

"Kearifan-kearifan lokal budaya laut atau pesisir harus dieksplorasi dan ditempatkan sebagai ruh dari pembangunan berbasis wilayah pesisir," katanya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan beragam bentuk kearifan lokal merupakan pondasi yang penting dalam rangka menjaga serta melestarikan kekayaan sumber laut di berbagai daerah di Nusantara.

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan KKP Laksamana Muda TNI Adin Nurawaluddin merespons positif pesan dan nilai kearifan lokal masyarakat daerah yang diharapkan menjadi spirit yang baik untuk menjaga sumber daya kelautan dan perikanan.

Salah satu nilai terkait hal tersebut seperti kearifan "na senising kami bala" (jangan wariskan kami kerusakan) dari masyarakat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang menjadi pesan penting yang disampaikan kepada semua pihak untuk menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan dan memberantas praktik penangkapan ikan yang merusak.

Baca juga: Poros maritim dunia jangan hanya fokus kepada infrastruktur
Baca juga: Poros Maritim Dunia harus pastikan keselarasan kebijakan pusat-daerah
Baca juga: Integrasi Pelindo upaya wujudkan Indonesia poros maritim dunia