Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, menyatakan perubahan iklim dan fluktuasi harga minyak menjadi tantangan terbesar perekonomian Indonesia pada 2011.

"`Global climate change` (perubahan iklim global) akan berdampak pada masalah `food` (ketahanan pangan) dan energy," kata Hatta Rajasa dalam konferensi pers awal tahun di Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan, pemerintah menempuh sejumlah kebijakan untuk mengantisipasi ancaman ketahanan pangan selama 2011.

"Pemerintah akan terus melakukan stabilisasi harga pangan melalui operasi pasar dan meningkatkan cadangan beras pemerintah," kata Hatta.

Menurut dia, dalam waktu dekat pemerintah akan menerbitkan dua instruksi presiden (Inpres) terkait upaya stabilisasi harga pangan.

Dua Inpres itu adalah Inpres tentang fleksibilitas Bulog dalam pengadaan beras dan Inpres yang memberi kewenangan kepada menteri pertanian untuk mengatasi dampak perubahan iklim seperti menyangkut penyediaan benih dan pupuk.

Di bidang energi, upaya mengatasi masalah itu antara lain dengan diversifikasi energi seperti mendorong penggunaan gas untuk transportasi.

"Penghematan konsumsi BBM juga dilakukan. Jadi selain dari sisi penyediaan, upaya dari sisi permintaan juga dilakukan," katanya.

Menurut dia, subsidi BBM tetap diberikan namun mengacu kepada subsidi yang tepat sasaran. "Pembatasan konsumsi BBM merupakan kebijakan yang harus dijalankan, tapi menaikkan harga BBM bukan opsi," katanya.

Sementara itu, Mentan Suswono mengatakan, beberapa negara, terutama Thailand dan Vietnam, sudah mengeluarkan peringatan bahwa mereka akan mengurangi ekspor beras yang akan memicu kenaikan harga beras internasional.

"Namun jika pada 2011 ini kita bisa mencapai produksi 68,8 juta ton, maka kita tidak perlu impor beras," katanya.

Ia menyebutkan, upaya antisipasi dampak buruk perubahan iklim terhadap produksi beras antara lain dilakukan dengan penyediaan varietas yang sesuai dengan kondisi alam. Ada varietas padi untuk kondisi banyak air atau kurang air.(*)
(T.A039/A027/R009)