Erick Thohir: Pesantren dan ekonomi syariah berpotensi majukan ekonomi
18 September 2021 23:44 WIB
Tangkapan layar - Menteri BUMN Erick Thohir saat menyampaikan sambutan Diplomat Success Chalenge ke-12 di Jakarta, Sabtu (18/9/2021). ANTARA/YouTube diplomatsukses/aa.
Jakarta (ANTARA) - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan pondok pesantren dan ekonomi syariah mempunyai potensi yang sangat besar untuk mendongkrak kemajuan ekonomi nasional.
"Pondok pesantren dan ekonomi syariah mempunyai potensi yang sangat besar untuk mendongkrak kemajuan ekonomi nasional," ujar Erick Thohir dalam acara daring Diplomat Success Chalenge ke-12 di Jakarta, Sabtu.
Menurut Menteri BUMN, tercatat pada triwulan pertama tahun ini Indonesia memiliki 31.385 pondok pesantren dengan jumlah santri mencapai 4,29 juta orang.
"Potensi ini juga menjadi kekuatan ekonomi syariah Indonesia yang menempati peringkat empat dunia, dengan skor indikator ekonomi Islam global sebesar 91,2 dengan sektor-sektor unggulan meliputi makanan halal, keuangan, pariwisata, fashion muslim, kosmetik hingga media dan hiburan," katanya.
Baca juga: Guru Besar UP: Literasi ekonomi syariah masyarakat perlu ditingkatkan
Besarnya potensi tersebut masih bisa dikembangkan secara maksimal agar pesantren mampu berdaya dan mandiri secara ekonomi. Apalagi pondok pesantren kini tidak lagi hanya menjadi lembaga pendidikan yang berlandaskan ke-Islam-an, tetapi penggerak kegiatan kewirausahaan dan pusat ekonomi bagi lingkungannya.
"Karenanya, kita semua perlu melakukan upaya peningkatan kapasitas talenta di lingkungan pesantren baik dari sisi manajerial, keuangan, digitalisasi, hingga infrastruktur dan akses pasar agar lulusan pesantren siap bersaing baik yang menggeluti dunia usaha maupun dunia karir, juga membangun jaringan serta ekosistem yang saling menguatkan," kata Erick Thohir.
Upaya tersebut, lanjut Erick, tentunya membutuhkan dukungan dan sinergi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga swasta termasuk adanya berbagai ajang yang memberi tantangan agar talenta di lingkungan pesantren terus berinovasi dan berkembang.
Baca juga: Gubernur Aceh: Literasi keuangan syariah akan perkuat Qanun LKS
Sebelumnya Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap kerja sama antara Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semakin diperluas untuk pesantren, khususnya dalam hal pengembangan ekonomi.
Dari 28.914 pesantren yang setidaknya terdapat 12.000 pesantren yang berpotensi untuk pengembangan ekonomi. Sedikitnya 12.000 pesantren yang berpotensi tersebut masih memerlukan pendampingan, bimbingan, serta pembekalan, untuk dapat menciptakan santri dengan kemampuan berwirausaha atau dikenal dengan istilah santripreneur.
Baca juga: Wapres sebut masih ada keraguan masyarakat berinvestasi syariah
Wapres menjelaskan pemberdayaan ekonomi di pesantren tidak hanya bermanfaat bagi para santri, melainkan juga masyarakat yang tinggal di sekitar pondok pesantren tersebut.
Oleh karena itu keterlibatan dan pendidikan keuangan syariah yang melibatkan banyak pihak perlu dikenalkan dan dikembangkan bagi para santri di pondok pesantren.
Pengembangan ekonomi syariah di pondok pesantren, kata Wapres, harus menggunakan teknologi terkini, sehingga dapat selaras dengan kondisi perekonomian di berbagai daerah.
"Pondok pesantren dan ekonomi syariah mempunyai potensi yang sangat besar untuk mendongkrak kemajuan ekonomi nasional," ujar Erick Thohir dalam acara daring Diplomat Success Chalenge ke-12 di Jakarta, Sabtu.
Menurut Menteri BUMN, tercatat pada triwulan pertama tahun ini Indonesia memiliki 31.385 pondok pesantren dengan jumlah santri mencapai 4,29 juta orang.
"Potensi ini juga menjadi kekuatan ekonomi syariah Indonesia yang menempati peringkat empat dunia, dengan skor indikator ekonomi Islam global sebesar 91,2 dengan sektor-sektor unggulan meliputi makanan halal, keuangan, pariwisata, fashion muslim, kosmetik hingga media dan hiburan," katanya.
Baca juga: Guru Besar UP: Literasi ekonomi syariah masyarakat perlu ditingkatkan
Besarnya potensi tersebut masih bisa dikembangkan secara maksimal agar pesantren mampu berdaya dan mandiri secara ekonomi. Apalagi pondok pesantren kini tidak lagi hanya menjadi lembaga pendidikan yang berlandaskan ke-Islam-an, tetapi penggerak kegiatan kewirausahaan dan pusat ekonomi bagi lingkungannya.
"Karenanya, kita semua perlu melakukan upaya peningkatan kapasitas talenta di lingkungan pesantren baik dari sisi manajerial, keuangan, digitalisasi, hingga infrastruktur dan akses pasar agar lulusan pesantren siap bersaing baik yang menggeluti dunia usaha maupun dunia karir, juga membangun jaringan serta ekosistem yang saling menguatkan," kata Erick Thohir.
Upaya tersebut, lanjut Erick, tentunya membutuhkan dukungan dan sinergi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga swasta termasuk adanya berbagai ajang yang memberi tantangan agar talenta di lingkungan pesantren terus berinovasi dan berkembang.
Baca juga: Gubernur Aceh: Literasi keuangan syariah akan perkuat Qanun LKS
Sebelumnya Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap kerja sama antara Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semakin diperluas untuk pesantren, khususnya dalam hal pengembangan ekonomi.
Dari 28.914 pesantren yang setidaknya terdapat 12.000 pesantren yang berpotensi untuk pengembangan ekonomi. Sedikitnya 12.000 pesantren yang berpotensi tersebut masih memerlukan pendampingan, bimbingan, serta pembekalan, untuk dapat menciptakan santri dengan kemampuan berwirausaha atau dikenal dengan istilah santripreneur.
Baca juga: Wapres sebut masih ada keraguan masyarakat berinvestasi syariah
Wapres menjelaskan pemberdayaan ekonomi di pesantren tidak hanya bermanfaat bagi para santri, melainkan juga masyarakat yang tinggal di sekitar pondok pesantren tersebut.
Oleh karena itu keterlibatan dan pendidikan keuangan syariah yang melibatkan banyak pihak perlu dikenalkan dan dikembangkan bagi para santri di pondok pesantren.
Pengembangan ekonomi syariah di pondok pesantren, kata Wapres, harus menggunakan teknologi terkini, sehingga dapat selaras dengan kondisi perekonomian di berbagai daerah.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: