Semarang (ANTARA News) - Sejumlah tokoh lintas agama Kota Semarang menggelar peringatan satu tahun wafatnya K.H. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur di Monumen Tugu Muda Semarang, Kamis malam (30/12).

Lengkingan suara saksofon terdengar mengisi hening peringatan mengenang mendiang tokoh besar yang dikenal humanis tersebut, mengiringi shalawat dan orasi kemanusiaan.

Romo Aloys Budi Purnama, sang peniup saksofon memainkan beberapa lagu kebangsaan seperti "Gugur Bunga", "Kukenang Jasamu", "Indonesia Pusaka", dan "Satu Nusa Satu Bangsa" diikuti para peserta.

Meski di tengah guyuran hujan, para peserta tidak beralih tempat dengan tetap mengikuti acara bertema "Nyanyian Kebangsaan Mengenang Satu Tahun Wafatnya Gus Dur" itu dengan khidmat, membawa lilin yang menyala sambil berpayung.

Romo Budi menyebut Gus Dur bukan hanya pahlawan nasional, namun pahlawan kemanusiaan yang selalu membela orang tertindas dan minoritas.

"Kaum minoritas yang dibela Gus Dur tidak hanya terbatas dalam konteks agama, namun banyak sisi, termasuk pendidikan, seni, dan budaya. Ini dibuktikan dengan beberapa artis yang dipojokkan dan dibela oleh Gus Dur," katanya.

Menurutnya, semangat perjuangan Gus Dur harus diteruskan dan tidak boleh terhenti, terutama perjuangan dalam membela kemanusiaan dan menghargai serta merayakan kemanusiaan yang selama ini diusung Gus Dur.

Ia menyebutkan para tokoh lintas agama yang hadir, antara lain perwakilan agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu, bahkan ada pula perwakilan dari jamaah Ahmadiyah.

Acara ini diprakarsai oleh Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang. "Kebetulan saya perwakilannya dan Gus Dur Centre yang mengusung semangat perjuangan Gus Dur," kata Romo Budi.

Dr. Nelwan, inisiator Gus Dur Centre, mengatakan acara tersebut untuk menghidupkan semangat humanis, spiritualis, dan kebhinnekaan yang diperjuangkan Gus Dur semasa hidupnya.

"Ini hanya perayaan sederhana untuk mengenang Gus Dur, sesuai dengan sifat kesederhanaan yang dimilikinya. Yang perlu diingat adalah Gus Dur selalu membela kepentingan masyarakat kecil, ini harus dilanjutkan," kata Nelwan.

Acara ini diikuti sekitar 50 orang termasuk elemen pemuda dari Nahdlatul Ulama dan pemuda gereja.(*)

ANT/AR09