Bahlil: Pabrik baterai listrik serap 1.100 tenaga kerja langsung
17 September 2021 16:37 WIB
Presiden Joko Widodo (kanan) menyimak penjelasan tentang proses pembuatan baterai sel saat meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres/Laily Rachev/Handout/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan proyek pabrik baterai kendaraan listrik yang dibangun di Karawang, Jawa Barat, akan menyerap sekitar 1.100 tenaga kerja langsung.
"Ketika pabrik jadi, tenaga kerja langsung mencapai 1.100 orang," katanya dalam konferensi pers daring yang dipantau dari Jakarta, Jumat.
Bahlil menuturkan, dalam proses konstruksinya, pabrik baterai kendaraan listrik yang akan dikelola PT HKML Battery Indonesia itu diperkirakan akan menyerap 10 ribu hingga 13 ribu tenaga kerja.
Baca juga: Bahlil: negosiasi pabrik baterai listrik tak libatkan konsultan asing
Belum lagi tenaga kerja tidak langsung yang terdampak dalam proyek tersebut, mulai dari subkontraktor, UMKM, makan, material hingga alat berat.
"Mulai kemarin juga mereka langsung kerja. Cut and field sudah jalan. Alat saja sudah sekitar 50-an unit. (Jika dihitung), sopir dengan helper saja sudah mencapai 100 orang lebih," tuturnya.
Peletakan batu pertama (groundbreaking) pabrik baterai kendaraan listrik senilai 1,1 miliar dolar AS di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, telah dimulai pada Rabu (15/9) lalu.
Baca juga: PLN jamin keandalan pasokan listrik untuk pabrik baterai mobil
Pabrik sel baterai itu merupakan kerja sama antara konsorsium Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC).
Fasilitas sel baterai itu rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH) sel baterai litium-ion NCMA setiap tahun, yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai.
Pabrik sel baterai di Karawang itu ditargetkan akan selesai konstruksi pada September 2022 mendatang dan mulai berproduksi pada 2023.
Pembangunan pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi 10 GwH itu merupakan bagian dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS (setara Rp142 triliun) yang telah diteken dengan Korea Selatan.
"Ketika pabrik jadi, tenaga kerja langsung mencapai 1.100 orang," katanya dalam konferensi pers daring yang dipantau dari Jakarta, Jumat.
Bahlil menuturkan, dalam proses konstruksinya, pabrik baterai kendaraan listrik yang akan dikelola PT HKML Battery Indonesia itu diperkirakan akan menyerap 10 ribu hingga 13 ribu tenaga kerja.
Baca juga: Bahlil: negosiasi pabrik baterai listrik tak libatkan konsultan asing
Belum lagi tenaga kerja tidak langsung yang terdampak dalam proyek tersebut, mulai dari subkontraktor, UMKM, makan, material hingga alat berat.
"Mulai kemarin juga mereka langsung kerja. Cut and field sudah jalan. Alat saja sudah sekitar 50-an unit. (Jika dihitung), sopir dengan helper saja sudah mencapai 100 orang lebih," tuturnya.
Peletakan batu pertama (groundbreaking) pabrik baterai kendaraan listrik senilai 1,1 miliar dolar AS di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, telah dimulai pada Rabu (15/9) lalu.
Baca juga: PLN jamin keandalan pasokan listrik untuk pabrik baterai mobil
Pabrik sel baterai itu merupakan kerja sama antara konsorsium Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC).
Fasilitas sel baterai itu rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH) sel baterai litium-ion NCMA setiap tahun, yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai.
Pabrik sel baterai di Karawang itu ditargetkan akan selesai konstruksi pada September 2022 mendatang dan mulai berproduksi pada 2023.
Pembangunan pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi 10 GwH itu merupakan bagian dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS (setara Rp142 triliun) yang telah diteken dengan Korea Selatan.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: