Boyolali (ANTARA News) - Aparat Kepolisian Resor Boyolali, melarang para pendaki gunung melakukan pendakian ke puncak Merapi pada malam tahun baru 2011, karena statusnya hingga sekarang belum kembali normal.
Jalur pendakian ke puncak Merapi menghadapi tahun baru 2011 diperkirakan akan ramai, tetapi pihaknya masih menutup demi keamanan bagi pencinta alam, kata Kepala Polsek Selo, AKP Suparma di Boyolali, Rabu.
"Merapi yang statusnya masih siaga sewaktu-waktu dapat berubah dan mengancam jiwa para pendaki itu," kata Kapolsek.
Ia menjelaskan, seperti tahun tahun sebelumnya kegiatan pendakian ke puncak Merapi diperkirakan dikunjungi pencinta alam.
Namun, pihaknya malam tahun baru kali, akan melarang para pendaki dan mereka dapat mengalihkan ke Merbabu yang lebih aman.
Larangan pendakian tersebut, kata dia, sebagai antisipasi adanya pendaki yang nekat naik ke puncak. Pihaknya rutin melakukan patroli ke sejumlah pintu masuk Gunung Merapi.
"Jika menemukan pendaki nekat ke puncak akan diminta pulang atau mengalihkan pendakian," katanya.
Sementara Subekti Hariyanto (20), pendaki asal Yogyakarta, mengatakan, rombongannya empat orang terpaksa mengalihkan jalur pendakian ke puncak Gunung Merbabu.
"Kami keinginannya ke puncak Merapi, tetapi pemerintah daerah setempat masih menutup jalur pendakian. Malam tahun baru terpaksa kami alihkan ke Merbabu," katanya.
Sementara, Kepala Desa Tlogolele, Kecamatan Selo Budi Harsono mengatakan, dalam kondisi aktif maupun normal, asap sulfatara dari puncak Merapi sering terlihat.
Namun, Merapi pascaerupsi tersebut warna asap yang terlihat dari puncak kecokelatan.
Menurut Samsuri, anggota Tim SAR Barameru, Desa Lencoh, Selo, kendati kondisi Merapi mengalami penurunan status, tetapi belum ada pendaki meminta izin pendakian.
Kendati demikian, pihaknya mengimbau para pendaki membatalkan niatnya, karena kondisi belum kembali normal dan masih rawan.
(B018/B010)
Pendakian ke Merapi Masih Dilarang
29 Desember 2010 22:25 WIB
Gunung Merapi terlihat dari Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (ANTARA/R. Rekotomo)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010
Tags: