Jenewa (ANTARA News) - Hampir 20.000 warga Pantai Gading telah melarikan diri ke Liberia timur untuk lolos dari kekerasan pasca-pemilihan yang mereka khawatirkan akan menyebabkan perang saudara, kata badan pengungsi PBB, Selasa.

"Hingga sekarang ini, UNHCR dan pemerintah setempat telah mencatat seluruhnya 15.120 pengungsi dari desa-desa antara Danane dan Guiglo di Pantai Gading Barat, sementara 4.000 kedatangan lagi telah dilaporkan," jelas kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi itu.

Fatoumata Lejeune-Kaba, seorang jurubicara UNHCR, mengatakan bahwa sementara badan itu belum mendaftar 4.000 pengungsi yang lain, badan itu telah diberitahu mengenai kedatangan mereka oleh pemerintah Liberia.

"Para pengungsi itu adalah campuran dari kelompok pendukung Alassane Ouattara dan Laurent Gbagbo," kata badan tersebut, menjelaskan bahwa sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dengan 62 persen di bawah usia 18 tahun.

"Mereka mengatakan mereka melarikan diri karena takut bahwa kebuntuan politik mungkin akan menimbulkan perang saudara," kata UNHCR.

Pada Sabtu lalu, badan PBB itu menyatakan mereka telah mendaftar 14.000 pengungsi Pantai Gading.

Pertumbuhan dalam penduduk pengungsi "menimbulkan ketegangan" pada tuan rumah, kata UNHCR, yang menambahkan bahwa mereka telah berbicara pada pemerintah Liberia mengenai kemungkinan pendirian sebuah kamp pengungsi.

Badan itu telah menambah pasokan bantuannya dalam dua pekan terakhir, dan mengatakan mereka dapat menangani hingga 30.000 pengungsi.

Presiden Laurent Gbagbo yang akan mengakhiri masa tugas dan saingannya Alassane Ouattara telah terperangkap dalam konflik sejak pemilihan presiden bulan lalu yang orang-orang itu klaim telah mereka menangkan, menyebabkan kekerasan mematikan pasca-pemilihan.

Negara-negara besar dunia, PBB dan Uni Afrika telah mengakui Ouattara sebagai presiden dan minta agar Gbagbo mundur.

Pada Selasa, tiga pemimpin Afrika Barat berusaha membujuk Gbagbo untuk mundur, memperingatkan bahwa pasukan akan digunakan jika ia menolak menyerahkan kekuasaan pada Ouattara.
(S008/A038)