Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, meminta Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yeni Wahid tidak menggunakan nama PKB berkenaan dengan dengan hasil muktamar PKB versinya yang akan membentuk parpol tersendiri.

"PKB hanya satu. Kalau mau bikin partai silakan saja, tapi jangan gunakan nama PKB," tegas Muhaimin disela-sela Refleksi Akhir Tahun 2010 "Meneguhkan Pluralisme Hidup Berbhinneka Tunggal Ika, di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Selasa malam.

Mengenai muktamar PKB versi Yenny Wahid, ia tidak menganggapnya sebagai suatu ancaman yang besar.

"Tidak ada yg perlu dikhawatirkan, semua biasa saja. Di tahun 2009 pun, ia berkampanye untuk partai lain. Jadi sudah biasa buat kami," ujarnya.

Ia mengatakan, pihaknya akan menerima kembali Yenny Wahid dalam PKB yang dipimpinnya. "Kita welcome saja, tetapi soal caranya tergantung," tutur Cak Imin.

Menurut dia, tidak ada alasan untuk tidak islah dengan kubu Yenny, tetapi ia mempertanyakan siapa saja yang hadir dalam muktamar gelaran PKB versi Yenny Wahid di Surabaya, Jawa Timur.

Yeni Wahid terpilih menjadi Ketua Dewan Tanfidz PKB pro-Gus Dur dalam Muktamar III yang digelar di Surabaya.

"Yeni Wahid terpilih secara aklamasi," kata Humas Muktamar III PKB Ahmad Munif di Surabaya, Senin.

Dalam rapat pleno muktamar yang dipimpin Rosehan M Noor, sebanyak 29 dari 33 Dewan Pimpinan Wilayah menginginkan PKB yang berkantor pusat di Kalibata, Jakarta, itu dipimpin keturunan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Sementara KH Ahmad Sahid terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Dewan Syura setelah mendapat dukungan dari 28 DPW. (*)

S037/R010