Saham China berakhir anjlok di tengah ketakutan kejatuhan Evergrande
16 September 2021 16:17 WIB
Ilustrasi - Investor melihat layar komputer yang menunjukkan informasi saham di sebuah rumah broker di Shanghai. ANTARA/REUTERS/Aly Song/am.
Shanghai (ANTARA) - Saham-saham China berakhir turun tajam pada perdagangan Kamis, dengan saham properti dan perbankan memimpin kerugian di tengah kekhawatiran bahwa masalah keuangan pengembang yang dililit utang China Evergrande Group akan memicu penularan yang luas.
Indeks Komposit Shanghai anjlok 1,34 persen atau 49,13 poin menjadi menetap di 3.607,09 poin, sedangkan indeks saham-saham unggulan CSI300 merosot 1,22 persen atau 59,62 poin menjadi ditutup pada 4.807,70 poin.
Saham China Evergrande yang tercatat di Hong Kong terperosok 6,4 persen ke level terendah dalam satu dekade karena berjuang melawan krisis likuiditas di tengah pembatasan kejam Beijing pada sektor yang membengkak. Lembaga pemeringkat Fitch memperingatkan bahwa gagal bayar Evergrande dapat mengekspos banyak sektor untuk meningkatkan risiko kredit.
Baca juga: Saham China dibuka bervariasi, indeks Shanghai terdongkrak 0,24 persen
Unit utamanya, Hengda Real Estate Group Co Ltd, menghentikan perdagangan obligasi korporasi dalam negeri menyusul penurunan peringkat, sebuah langkah yang menurut beberapa analis menandakan gagal bayar.
Indeks Real Estat CSI300 jatuh lebih dari 3,0 persen. Baik Goldman Sachs maupun JPMorgan memperingatkan risiko limpahan ke sektor properti China yang lebih luas.
Indeks perbankan CSI300 turun 1,0 persen di tengah kekhawatiran bahwa kesulitan properti Evergrande dapat mengakibatkan lebih banyak kredit macet.
Xia Yinyin, ahli strategi di UBS Securities, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pasar terpaku pada perubahan fundamental ekonomi, bukan pada kondisi likuiditas.
Baca juga: Saham China berakhir jatuh, tertekan data lemah dan kebangkitan virus
Dengan Beijing memprioritaskan "Kemakmuran Bersama" daripada pertumbuhan ekonomi yang bebas, "lensa investasi yang digunakan investor global untuk mengevaluasi peluang di China telah berubah dan strategi yang digunakan untuk berinvestasi di Middle Kingdom perlu beradaptasi," tulis Norman Vilamin, CIO dari Wealth Management di Union Bancaire Privee (UBP).
Beijing telah melancarkan serangkaian tindakan keras terhadap industri mulai dari teknologi hingga les privat. Investor melihat sektor properti juga di garis bidik peraturan China.
STAR Market yang sarat teknologi di Shanghai dan papan start-up Shenzhen, ChNext, keduanya kehilangan 2,4 persen.
Indeks Komposit Shanghai anjlok 1,34 persen atau 49,13 poin menjadi menetap di 3.607,09 poin, sedangkan indeks saham-saham unggulan CSI300 merosot 1,22 persen atau 59,62 poin menjadi ditutup pada 4.807,70 poin.
Saham China Evergrande yang tercatat di Hong Kong terperosok 6,4 persen ke level terendah dalam satu dekade karena berjuang melawan krisis likuiditas di tengah pembatasan kejam Beijing pada sektor yang membengkak. Lembaga pemeringkat Fitch memperingatkan bahwa gagal bayar Evergrande dapat mengekspos banyak sektor untuk meningkatkan risiko kredit.
Baca juga: Saham China dibuka bervariasi, indeks Shanghai terdongkrak 0,24 persen
Unit utamanya, Hengda Real Estate Group Co Ltd, menghentikan perdagangan obligasi korporasi dalam negeri menyusul penurunan peringkat, sebuah langkah yang menurut beberapa analis menandakan gagal bayar.
Indeks Real Estat CSI300 jatuh lebih dari 3,0 persen. Baik Goldman Sachs maupun JPMorgan memperingatkan risiko limpahan ke sektor properti China yang lebih luas.
Indeks perbankan CSI300 turun 1,0 persen di tengah kekhawatiran bahwa kesulitan properti Evergrande dapat mengakibatkan lebih banyak kredit macet.
Xia Yinyin, ahli strategi di UBS Securities, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pasar terpaku pada perubahan fundamental ekonomi, bukan pada kondisi likuiditas.
Baca juga: Saham China berakhir jatuh, tertekan data lemah dan kebangkitan virus
Dengan Beijing memprioritaskan "Kemakmuran Bersama" daripada pertumbuhan ekonomi yang bebas, "lensa investasi yang digunakan investor global untuk mengevaluasi peluang di China telah berubah dan strategi yang digunakan untuk berinvestasi di Middle Kingdom perlu beradaptasi," tulis Norman Vilamin, CIO dari Wealth Management di Union Bancaire Privee (UBP).
Beijing telah melancarkan serangkaian tindakan keras terhadap industri mulai dari teknologi hingga les privat. Investor melihat sektor properti juga di garis bidik peraturan China.
STAR Market yang sarat teknologi di Shanghai dan papan start-up Shenzhen, ChNext, keduanya kehilangan 2,4 persen.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: