Presiden Pimpin Rapat Dengarkan BI
27 Desember 2010 15:20 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Wapres Boediono memimpin sidang kabinet terbatas bidang ekonomi di kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (27/12). (ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat kabinet terbatas untuk mendengarkan paparan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution tentang pergerakan perekonomian dan kebijakan Bank Indonesia.
Rapat yang juga dihadiri Wakil Presiden Boediono dan menteri-menteri ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu II itu dilangsungkan di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Dalam pengantarnya di awal rapat, Presiden mengatakan evaluasi dan refleksi akhir tahun perlu dilakukan guna membuat perkiraan, proyeksi, dan sekaligus menetapkan agenda utama sebagai kelanjutan dari tugas pemerintah pada tahun-tahun mendatang.
Kepala Negara juga mengingatkan adanya peluang dan momentum bagus untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun-tahun mendatang yang tak boleh disia-siakan.
"Di bidang perekonomian, kita juga memahami ada potensi, peluang, dan sekaligus momentum yang baik yang tidak boleh kita sia-siakan untuk percepatan dan perluasan ekonomi nasional meskipun situasi ekonomi global belum pulih benar dari krisis yang terjadi di tahun 2008 dan 2009 setidak-tidaknya di kawasan Eropa dan juga di Amerika Serikat dan beberapa negara lain," tutur Presiden.
Meski demikian, lanjut dia, peluang pertumbuhan ekonomi tetap terbuka di wilayah Asia termasuk juga di Indonesia.
"Oleh karena itu, kita tidak boleh sekali lagi menyia-nyiakan peluang dan momentum sejarah seperti ini," ujarnya.
Presiden dalam pengantarnya mengingatkan agar kebijakan fiskal dan moneter harus terpaut sama lain sehingga menghasilkan pencapaian terbaik untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun sekaligus juga stabil dan kondusif.
"Tidak hanya kita lihat dari sisi pertumbuhan semata tapi juga dari sejauh mana kita bisa menciptakan lapangan kerja yang baru, menjaga inflasi, serta fundamental ekonomi yang lain agar makro ekonomi kita stabil dan kondusif bagi peningkatan pertumbuhan itu sendiri," jelasnya.
Kebijakan makro ekonomi yang tepat, lanjut Presiden, berdasarkan pengalaman telah menjadi penyangga sekaligus pergerakan sektor riil dan sektor keuangan.
"Oleh karena itu tepatlah kalau hari ini kita akan mendengarkan presentasi dari Gubernur Bank Indonesia yang didampingi para deputi gubernur untuk sebuah sinkronisasi dan sinergi kebijakan fiskal dengan kebijakan ekonomi yang lain," katanya.
Sementara itu , Menteri Perdagangan Mari Pangestu sebelum awal rapat mengatakan menjaga inflasi dan kestabilan harga adalah salah satu tugas berat yang harus dilakukan pada tahun mendatang.
Terlebih lagi, lanjut dia, akhir-akhir ini masalah gangguan iklim semakin nyata mengganggu produksi pertanian yang pada ujungnya dapat mempengaruhi pergerakan harga.
"Salah satu tugas utama kita tahun depan bagaimana menjaga kestabilan harga dan menjaga inflasi. Tahun depan kita harus bekerja lebih keras dan semoga gangguan-gangguan iklim bisa kita atasi dengan lebih baik. Itu salah satu pekerjaan rumah yang harus kita antisipasi," demikian Mari. (*)
D013/A011
Rapat yang juga dihadiri Wakil Presiden Boediono dan menteri-menteri ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu II itu dilangsungkan di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Dalam pengantarnya di awal rapat, Presiden mengatakan evaluasi dan refleksi akhir tahun perlu dilakukan guna membuat perkiraan, proyeksi, dan sekaligus menetapkan agenda utama sebagai kelanjutan dari tugas pemerintah pada tahun-tahun mendatang.
Kepala Negara juga mengingatkan adanya peluang dan momentum bagus untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun-tahun mendatang yang tak boleh disia-siakan.
"Di bidang perekonomian, kita juga memahami ada potensi, peluang, dan sekaligus momentum yang baik yang tidak boleh kita sia-siakan untuk percepatan dan perluasan ekonomi nasional meskipun situasi ekonomi global belum pulih benar dari krisis yang terjadi di tahun 2008 dan 2009 setidak-tidaknya di kawasan Eropa dan juga di Amerika Serikat dan beberapa negara lain," tutur Presiden.
Meski demikian, lanjut dia, peluang pertumbuhan ekonomi tetap terbuka di wilayah Asia termasuk juga di Indonesia.
"Oleh karena itu, kita tidak boleh sekali lagi menyia-nyiakan peluang dan momentum sejarah seperti ini," ujarnya.
Presiden dalam pengantarnya mengingatkan agar kebijakan fiskal dan moneter harus terpaut sama lain sehingga menghasilkan pencapaian terbaik untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun sekaligus juga stabil dan kondusif.
"Tidak hanya kita lihat dari sisi pertumbuhan semata tapi juga dari sejauh mana kita bisa menciptakan lapangan kerja yang baru, menjaga inflasi, serta fundamental ekonomi yang lain agar makro ekonomi kita stabil dan kondusif bagi peningkatan pertumbuhan itu sendiri," jelasnya.
Kebijakan makro ekonomi yang tepat, lanjut Presiden, berdasarkan pengalaman telah menjadi penyangga sekaligus pergerakan sektor riil dan sektor keuangan.
"Oleh karena itu tepatlah kalau hari ini kita akan mendengarkan presentasi dari Gubernur Bank Indonesia yang didampingi para deputi gubernur untuk sebuah sinkronisasi dan sinergi kebijakan fiskal dengan kebijakan ekonomi yang lain," katanya.
Sementara itu , Menteri Perdagangan Mari Pangestu sebelum awal rapat mengatakan menjaga inflasi dan kestabilan harga adalah salah satu tugas berat yang harus dilakukan pada tahun mendatang.
Terlebih lagi, lanjut dia, akhir-akhir ini masalah gangguan iklim semakin nyata mengganggu produksi pertanian yang pada ujungnya dapat mempengaruhi pergerakan harga.
"Salah satu tugas utama kita tahun depan bagaimana menjaga kestabilan harga dan menjaga inflasi. Tahun depan kita harus bekerja lebih keras dan semoga gangguan-gangguan iklim bisa kita atasi dengan lebih baik. Itu salah satu pekerjaan rumah yang harus kita antisipasi," demikian Mari. (*)
D013/A011
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
Tags: